Bepergian tidak identik dengan kenikmatan atau kenyamanan. Di masa penjajahan Jepang, bepergian adalah siksaan, sebuah penderitaan. Hal itu diceritakan oleh tokoh nasional asal Sokaraja, KH Saifuddin Zuhri. KH Saifuddin Zuhri adalah tokoh yang pernah menjadi menteri agama.
KH Saifuddin Zuhri menceritakan kisahnya di masa penjajahan Jepang. Kisah itu ada di buku “Berangkat dari Pesantren”. Ayah dari mantan menteri agama Lukman Hakim Saifuddin ini bercerita tentang bepergian di masa penjajahan Jepang.
Bepergian, sebenarnya identik dengan melepas penat. Tapi hal itu tidak berlaku di zaman penjajahan Jepang. Di masa penjajahan Jepang, bepergian adalah siksaan.
Di masa itu, hanya sedikit bus yang beroperasi. Sementara, penumpang yang antre untuk menaiki bus, sangat banyak. Salah satu contoh siksaan adalah naik bus jurusan Purworejo-Magelang. Jarak dua kota itu 44 Km, tapi ditempuh dalam waktu 24 jam!
Kenapa bisa sangat lama bus berjalan? Karena terlalu banyak penumpang. Jalan bus makin tidak maksimal karena ban tidak diisi angin, tapi diisi rumput. Di masa penjajahan Jepang, tak ada ban angin di pasaran. Ban angin digunakan Jepang untuk keperluan perang.
Maka, bisa dibayangkan bagaimana tersiksanya naik angkutan umum yang berjarak 44 Km ditempuh dalam waktu satu hari. Imbasnya, para penumpang pun harus bermalam di tengah perjalanan.
Siksaan lain juga dirasakan saat naik kereta api. KH Saifuddin Zuhri bercerita perjalanan kereta api dari Kebumen ke Kutoarjo yang berjarak 23 Km, ditempuh dalam waktu 14 jam. Perjalanan kereta api harus sering terhenti karena bahan bakar kayu telah habis.
Jika bahan bakar kayu habis, maka kondektur, masinis, dan puluhan penumpang akan turun dan menebang kayu di pinggir jalan. Kayu kemudian digunakan untuk menghidupkan perapian dalam lokomotif.
Bukan hanya perjalanan yang lama, tapi situasi di dalam kereta juga mengenaskan. Tak ada pembagian nomor. Siapa yang cepat, dia yang bisa duduk. Bahkan penumpang yang tak kebagian tempat duduk, akhirnya duduk di lantai.
KH Saifuddin Zuhri bercerita karena kondisi kereta api seperti itu, perjalanan ke Jawa Timur pun bisa mengalami keterlambatan sangat parah. Pernah satu kesempatan dia ke Jawa Timur memakai kereta api membutuhkan waktu sampai 48 jam atau 2 hari!
Diketahui, Indonesia dijajah Jepang selama 3,5 tahun dari 1942 sampai 1945. Setelah pendudukan Jepang melemah, Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Referensi:
Saifuddin Zuhri: Berangkat dari Pesantren