SERAYUNEWS-Pemerintah Kabupaten Banjarnegara mulai melakukan pemetaan daerah rawan kekeringan di Banjarnegara. Hal ini sebagai bagian dari kesiapsiagaan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam menghadapi musim kemarau tahun ini. Tercatat ada enam wilayah di Banjarnegara rawan kekeringan.
Pemetaan daerah rawan krisis air bersih musim kemarau tahun 2023 ini oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara, sebagai bagian dari kesiap siagaan dalam mengatasi masalah krisis air bersih pada musim kemarau 2023.
Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara Aris Sudaryanto melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Andri Sulistyo mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menerima permohonan droping air bersih di wilayah Banjarnegara. Namun dari prediksi BMKG, wilayah Banjarnegara masih terjadi beberapa hujan di sebagian wilayah Banjarnegara saat musim kemarau.
“Prediksi kemarau dari BMKG akan berlangsung sekitar enam hingga tujuh bulan. Namun untuk Banjarnegara sendiri masih ada potensi hujan saat kemarau di beberapa tempat,” katanya.
Menurutnya, dari pengalaman dan prakiraan cuaca dari BMKG, wilayah Banjarnegara akan memasuki puncak musim kemarau ada Agustus hingga Oktober mendatang. Untuk itu, BPBD sudah mengidentifikasi dan memetakan daerah rawan kekeringan di Banjarnegara sebagai tindak lanjut surat dari Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Dia mengatakan, beberapa daerah di Banjarnegara yang rawan akan kekeringan terdapat di wilayah Kecamatan Susukan, Klampok, Pagedongan, Bawang, Purwonegoro, dan Mandiraja.
“Jika mengacu data penyaluran bantuan air bersih pada musim kemarau tahun 2019, kurang lebih ada 28 desa yang rawan kekeringan. Kalau tahun 2020-2022 relatif aman, karena masih ada hujan saat kemarau,” ujarnya.
Sesuai dengan imbauan dari pemerintah Provinsi Jateng, BPBD kabupaten hendaknya melakukan langkah-langkah antisipasi. Termasuk menyiapkan anggarannya. Bahkan daerah juga untuk tidak segan-segan menetapkan keadaan darurat kekeringan jika terjadi kondisi kekeringan yang luar biasa.
“Dua tahun kemarin kan terjadi refocusing anggaran untuk penanganan COVID-19. Selain hampir tidak ada penyaluran bantuan air bersih karena cuaca hujan terus meskipun kemarau,” ujarnya.