SERAYUNEWS – Grup band Sukatani asal Purbalingga, Jawa Tengah, saat ini sedang menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Band punk ini dikenal dengan lirik-lirik tajam dan kritik sosial yang lantang.
Mengusung genre anarcho-punk dengan sentuhan post-punk dan new wave, Sukatani dengan cepat menarik perhatian penikmat musik underground di Indonesia.
Melansir berbagai sumber, berikut beberapa fakta menarik tentang Sukatani:
Sukatani terdiri dari dua musisi berbakat: Muhammad Syifa Al Lutfi alias Alectroguy sebagai gitaris dan Novi Citra Indriyanti alias Twister Angel sebagai vokalis.
Keduanya memulai perjalanan musik bersama pada Oktober 2022, membawa semangat baru dalam genre punk di Indonesia.
Nama “Sukatani” diambil dari sebuah desa, mencerminkan kecintaan mereka terhadap pertanian dan kehidupan agraris.
Hal ini sejalan dengan lirik-lirik mereka yang sering mengangkat isu-isu petani dan masyarakat kelas pekerja.
Mengusung genre anarcho-punk dengan sentuhan post-punk dan new wave, Sukatani berhasil menciptakan nuansa musik yang khas.
Album debut mereka, Gelap Gempita, dirilis pada Juli 2023 dan mendapat sambutan hangat dari penikmat musik underground.
Salah satu ciri khas Sukatani adalah aksi panggung mereka yang unik, yaitu membagikan sayuran kepada penonton.
Tindakan ini bukan sekadar gimmick, melainkan bentuk kepedulian terhadap isu agraria serta ajakan untuk lebih menghargai hasil bumi.
Sejak awal kemunculannya, Sukatani selalu tampil dengan mengenakan topeng balaclava.
Topeng ini sebenarnya merupakan masker kerja yang umum digunakan oleh pekerja bangunan di timur laut Thailand, yang kemudian menjadi identitas visual mereka.
Lagu “Bayar Bayar Bayar” sempat viral karena liriknya yang mengkritik oknum kepolisian.
Setelah menuai kontroversi, Sukatani memutuskan untuk menarik lagu tersebut dari berbagai platform digital dan menyampaikan permintaan maaf kepada Kapolri serta institusi Polri.
Dalam video klarifikasi, kedua personel Sukatani tampil tanpa topeng untuk pertama kalinya, menyampaikan permintaan maaf dan menjelaskan bahwa lagu tersebut ditujukan untuk mengkritik oknum kepolisian yang melanggar aturan.
Meskipun menghadapi kontroversi, Sukatani mendapatkan banyak dukungan dari komunitas musik dan penggemar yang menghargai keberanian mereka dalam menyuarakan isu sosial melalui musik.
Popularitas Sukatani membawa mereka tampil di berbagai festival musik besar seperti Synchronize Fest 2024 dan Pestapora 2024, memperluas jangkauan musik mereka ke audiens yang lebih luas.
Melalui musik dan aksi panggungnya, Sukatani terus berkomitmen menyuarakan isu-isu sosial, khususnya yang berkaitan dengan kehidupan petani dan masyarakat kelas pekerja, menjadikan mereka lebih dari sekadar band punk biasa.
Dengan kombinasi musik yang enerjik, lirik yang kritis, dan aksi panggung yang unik, Sukatani berhasil menciptakan ruang tersendiri dalam industri musik Indonesia, menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli terhadap isu sosial dan lingkungan.***