Rektor Intiyas Utami pada kesempatan itu menuturkan, UKSW akan menerapkan mulai menerapkan hal tersebut pasa semester gasal 2023/2024. “Jadi tidak harus skripsi. Tapi mahasiswa bisa memberikan produknya, karyanya. Bisa website, aplikasi atau apapun yang sesuai,” kata Intiyas.
Mendengar itu, Ganjar mengacungi jempol. Menurutnya cara terus merupakan merdeka belajar yang sesungguhnya. UKSW, kata Ganjar, membuka diri pada perubahan.
“Jadi UKSW membuka diri, bahasa saya memberikan ruang ekspresi pada mahasiswa dan mulai banyak kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang bisa dikonversi menjadi nilai,” ujarnya.
Ganjar mengatakan, inovasi itu sejalan dengan konsep merdeka belajar. Dengan demikian akan mendorong mahasiswa semakin aktif dan inovatif.
“Inovasinya muncul dan mereka mulai mengolaborasikan antara pengetahuan yang di dalam dengan bakat mahasiswa. Ini betul-betul dalam kaitan personal development ini sangat bagus,“ tegasnya.
Di sisi lain, Ganjar juga yakin ke depannya mahasiswa akan semakin tertantang untuk menguji dirinya sendiri. Akhirnya perkuliahan juga akan semakin menarik.
“Kerahkan talenta itu semuanya dan biasanya yang seperti ini akan melahirkan inovasi-inovasi dan kreasi yang sangat dahsyat dari pikiran anak muda,” ucapnya.
Dalam acara itu, hadir Forkopimda Kota Salatiga. Peserta Galeri Inovasi Harmoni Nusantara itu 14 fakultas di UKSW. Masing-masing memamerkan produk atau karya inovasi dari mahasiswa.
Salah satunya yang dipamerkan stand Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang menggelar monopoli. Bukan monopoli biasa, tetapi monopoli “Gayeng Jateng” hasil inovasi mahasiswa lintas program studi di FKIP.
Adapula stand Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB) yang memamerkan hasil inovasi minuman jahe lemon dan teh bit yang baru saja menerima paten dan pengunjung bisa mencicipinya. Dalam stand ini terdapat juga pameran inovasi sirup labu, tepung gandum utuh local (GaUL), produk olahan gandum, dan malai gandum, serta hasil publikasi mahasiswa.