CILACAP,SERAYUNEWS.COM – Harga bawang merah dan bawang putih yang rata rata mencapai Rp 40.000 per kilogram dalam beberapa hari terakhir, ternyata menjadi faktor pemicu inflasi di Cilacap. Dalam siaran persnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah inflasi pada bulan Maret 2019, Jateng mengalami inflasi sebesar 0.30%. Inflasi terjadi di enam kota di Jawa Tengah, sedangkan Kabupaten Cilacap berada pada urutan ke dua setelah Kota Semarang.
Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Sentot Bangun Widoyono, inflasi itu disebabkan pada kelompok bahan makanan. Inflasi tertinggi yaitu 0,34 persen dengan IHK 132,95, sedangkan Kabupaten Cilacap sebesar 0,32 persen dengan IHK 138,27, selanjutnya Kota Surakarta inflasi sebesar 0,29 persen dengan IHK 130,05, Kota Kudus inflasi sebesar 0,23 persen IHK 141,29, lalu Kota Tegal sebesar 0,20 persen dengan IHK sebesar 131,44, dan inflasi terendah di Purwokerto sebesar 0,19 persen dengan IHK 131,99.
Inflasi yang terjadi di bulan Maret 2019 tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya atau Februari 2019 yang justru mengalami deflasi sebesar 0,30% dengan IHK sebesar 132,93.
“Hampir semua kelompok mengalami kenaikan inflasi, tetapi yang terbesar adalah bahan makanan sebesar 0,82 persen. Terutama di kelompok bumbu-bumbu seperti bawang merah dan bawang putih, namun juga terjadi penurunan atau deflasi seperti beras karena banyak panen,” jelasnya kepada wartawan.
Dikatakannya, kenaikan harga bawang tersebut dipicu minimnya stok bawang merah maupun putih di pasaran. Penyebabnya yaitu curah hujan yang tinggi dan saat ini sudah masuk masa tanam, sehingga produksinya menurun.
“Meski terjadi inflasi terdapat kelompok komoditas lain yang menahan laju inflasi yakni penurunan harga beras, bensin, daging ayam ras, jeruk dan cabai rawit,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, tidak hanya kelompok bahan makanan, penyumbang inflasi lain yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,25 persen. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,24 persen. Kelompok sandang sebesar 0,17 persen, kesehatan sebesar 0,10 persen, perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,9 persen. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,3 persen.
Sedangkan untuk ekspor dan impor pada posisi Februari 2019 mengalami kenaikan dibandingkan tahun lalu meski relatif kecil 1,18 persen. Namun bila dibandingkan Januari, pada Februari 2019 ekspor menurun 15,18 persen. Penurunan ekspor ini disebabkan oleh ekspor non migas, karena komposisinya 99 persen lebih ekspor adalah non miga
“Tiket angkutan udara di bulan Februari memang turun, sehingga indeks harga lebih rendah. Namun di bulan Maret 2019 harga tiket pesawat kembali normal, sehingga dibandingkan bulan lalu tersebut terjadi kenaikan,” katanya.