SERAYUNEWS– Komisi III DPRD Kabupaten Tegal melakukan inspeksi mendadak (Sidak) di PT Japfa Compeed yang mengelola ayam petelor di Desa Jembayat, Kecamatan Margasari, Kamis (6/3/2025) siang.
Sidak itu menggandeng Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (KP Tan) Kabupaten Tegal serta Forum Masyarakat Jembayat.
Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Tegal Umi Azkiyani mengatakan, sidak itu berawal karena adanya puluhan ribu ekor ayam yang mati mendadak di PT Japfa. Matinya ayam tersebut menimbulkan bau busuk yang menyengat dan menyebar di sejumlah desa di Kecamatan Margasari.
Rekomendasi Komisi III adalah, meminta agar PT Japfa Confeed Indonesia segera melakukan penebalan timbunan tanah penguburan bangkai. Sehingga aroma bangkai ayam dapat teratasi.
“Kuburlah bangkai ayam itu sedalam-dalamnya. Sehingga tidak menimbulkan gas metana,” kata Umi Azki, usai sidak.
Azki tak menampik, dinas terkait juga telah mengambil sample darah ayam yang mati mendadak. Sample akan dilakukan pemeriksaan di laboratorium.
Dia mengungkapkan, alasan PT Japfa kenapa banyak ayam yang mati itu, kabarnya bukan karena virus. Tapi kandangnya yang berjumlah 30 unit itu diterjang banjir bandang. Hasil dari pantauannya, tiap kandang yang berisi 15 ribu ekor ayam itu memang tidak tinggi. Hanya sekitar 30 sentimeter. Di belakang kandang juga difasilitasi drainase dan tanggul atau pembatas.
Namun, saat ada banjir bandang dari hutan, tanggul dan kandang jebol. Sehingga ayam dan makanannya terendam banjir.
“Walaupun mereka beralasan karena banjir, tapi kami tetap mengambil sample untuk memastikan matinya ayam-ayam itu,” cetusnya.
Azki menyarankan, sebaiknya makanan ayam ditempatkan di gudang khusus. Sehingga tidak terkontaminasi dan lebih steril. Menurutnya, standar operasional prosedur (SOP) PT Japfa memang sudah bagus. Untuk masuk ke lokasi kandang, pengunjung harus steril. Menggunakan pakaian khusus dan harus bebas dari virus.
“Kalau soal perizinan memang sudah lengkap. Tapi tetap akan kita cek lagi. Dan untuk hasil sample, kita masih menunggu dari dinas terkait,” tukasnya.
Sementara, menurut Juru Bicara Forum Masyarakat Jembayat Urip Haryanto, alasan matinya ribuan ekor ayam itu tidak masuk akal secara teknis. Pagar yang roboh imbas curah hujan, ternyata dibangun menggunakan bata ringan, bukan dari pagar panel.
Karenanya, dinas terkait tetap mengambil sample darah untuk memastikan matinya ayam-ayam itu.
Menurut Urip, penguburan bangkai ayam itu memang tidak terlalu dalam. Sehingga terdapat kebocoran polusi udara yang mengakibatkan bau busuk menyebar ke permukiman warga.
Sejauh ini, Urip masih menunggu hasil lab dari dinas terkait. Jika sudah keluar, nanti akan dijadikan sebagai landasan dan rujukan pertimbangan bagi Forum Masyarakat Jembayat guna menyusun langkah dan sikap selanjutnya untuk meminta pertanggungjawaban terhadap PT Japfa Confeed Indonesia Tbk.
“Kami akan meminta pertanggungjawaban perusahaan untuk masyarakat terdampak,” tandasnya.