SERAYUNEWS – Langit kembali menyuguhkan tontonan langka. Lantaran, pada 21 September 2025, fenomena gerhana matahari sebagian diperkirakan terjadi. Lantas, apakah perlu salat kusuf?
Sehingga, bisa dinikmati oleh sebagian penduduk bumi. Bagi para pecinta astronomi, ini tentu menjadi momen yang ditunggu.
Namun bagi umat Islam, pertanyaan yang kerap muncul adalah: apakah perlu salat kusuf meski gerhana tidak bisa dilihat dari Indonesia?
BMKG mencatat, gerhana matahari sebagian kali ini berlangsung mulai pukul 17.29.31 UT, mencapai puncaknya pada 19.41.43 UT, dan berakhir pada 21.53.33 UT.
Fenomena ini akan tampak jelas dari wilayah Selandia Baru, Kepulauan Mikronesia, hingga sebagian kecil Australia Timur.
Sayangnya, masyarakat Indonesia tidak bisa menyaksikan gerhana ini secara langsung. Sebab, posisi matahari, bulan, dan bumi tidak segaris sempurna dari perspektif Indonesia.
Bulan hanya menutupi sebagian piringan matahari, sehingga sebagian cahaya masih menembus atmosfer.
Di tengah antusiasme menyambut fenomena langit, umat Islam memiliki tuntunan tersendiri. Rasulullah SAW menekankan bahwa gerhana bukan sekadar peristiwa kosmik, melainkan juga momentum spiritual.
Namun, ada satu syarat penting. Berdasarkan sabda beliau: “Apabila kalian melihat gerhana (matahari atau bulan), maka segeralah salat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Artinya, syariat salat kusuf berlaku hanya ketika fenomena gerhana terlihat nyata di suatu wilayah. Jika tidak tampak, maka salat tidak perlu dilakukan.
Oleh karena itu, pada 21 September 2025 mendatang, umat Islam di Indonesia tidak dianjurkan mendirikan salat kusuf.
Meski tak bisa menyaksikan gerhana, peristiwa ini tetap dapat menjadi pengingat. Anda bisa menjadikannya kesempatan untuk merenung, mengingat kebesaran Allah SWT, dan memperbanyak doa.
Alam semesta yang berputar dengan presisi ini sejatinya menunjukkan keteraturan ciptaan-Nya.
Bagi yang berada di negara yang berkesempatan menyaksikan gerhana, dianjurkan untuk melaksanakan salat kusuf.
Rasulullah SAW sendiri lebih sering menunaikan salat ini secara berjamaah, sehingga kebiasaan itu menjadi teladan baik untuk diikuti.
Salat kusuf memiliki susunan gerakan yang agak berbeda dengan salat sunnah pada umumnya.
Dalam satu rakaat terdapat dua kali rukuk, yang pertama lebih panjang, dan diikuti dengan bacaan surah-surah Al-Qur’an.
Urutannya adalah sebagai berikut:
Salat ini bisa dilakukan secara individu maupun berjamaah. Tetapi, dianjurkan untuk berjamaah di masjid agar hikmah dan kebersamaan semakin terasa.
Bacaan niatnya adalah:
Arab:
أُصَلِّي السُّنَّةَ لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
Latin:
Ushallî sunnatal kusûfil syamsi rak‘ataini mustaqbilal qiblati lillâhi ta‘âlâ.
Artinya:
“Saya niat sholat sunnah gerhana matahari dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”
Fenomena Langit, Renungan Bumi
Gerhana selalu mengajarkan bahwa ada hal-hal besar di luar kendali manusia.
Jika ilmuwan melihatnya sebagai hasil perhitungan orbit dan gravitasi, umat beriman melihatnya sebagai tanda kebesaran Allah SWT.
Karenanya, meski langit Indonesia tak tersentuh bayangan bulan pada 21 September nanti, peristiwa ini tetap bisa menjadi bahan renungan.
Bahwa setiap rotasi dan revolusi benda langit terjadi dengan izin Sang Pencipta, dan manusia seharusnya memperbanyak syukur atas kehidupan yang teratur di bumi.***