SERAYUNEWS– Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, memberikan apresiasi atas sinergitas Puskesmas – Pemerintah Desa Makam – Kader Kesehatan dalam mengatasi masalah kesehatan di desa. Berkat kerjasama tersebut, tahun 2024 ini Desa Makam terbebas dari masalah stunting, Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI/AKB) dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Berkat sinergi Kades – Kader Kesehatan dan Puskesmas, Alhamdulillah sampai hari ini angka stunting nol. AKI/AKB sampai hari ini nol. Kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD) melalui gerakan PSN di sini kasusnya juga nol,” kata Bupati Tiwi, Rabu (3/7/2024).
Tidak hanya itu, Desa Makam juga masuk 3 besar dalam Lomba Desa Sehat Mandiri tingkat Kabupaten Purbalingga. Atas komitmen dan keseriusan desa dalam meningkatkan derajat kesehatan ini, Bupati Tiwi akan mengganjar Desa Makam dengan Mobil Ambulans Siaga Desa.
“Atas prestasi Des Makam di bidang kesehatan itu, tahun 2025 awal Bu Tiwi akan alokasikan hadiah untuk Desa Makam. Ada ambulans desa gratis dari Pemkab Purbalingga,” kata Bupati Tiwi.
Meski akan mendapatkan mobil ambulans desa, Bupati Tiwi tidak berharap masyarakat Desa Makam banyak yang sakit.
“Ambulans ini nantinya untuk membantu peningkatan layanan kesehatan dan kegawatdaruratan bagi masyarakat,” katanya.
Kegiatan Bupati Tilik Desa ini, Bupati meninjau aktivitas Posyandu Cempaka di halaman Puskesmas Pembantu Kecamatan Rembang. Bupati turut memberikan penyuluhan kepada para ibu bersama balitanya.
Bupati berpesan agar bayi senantiasa diberikan ASI eksklusif 2 tahun atau minimal 6 bulan. Di samping itu juga anak perlu dapat makanan pendamping ASI yang berprotein tinggi agar terhindar dari stunting.
Kades Makam, Siswo Edy Karyono dalam kesempatan tersebut menyampaikan di desanya tidak ada kasus stunting. Saat ini yang tersisa adalah warga yang memiliki risiko stunting.
“Jumlahnya 65 orang anak balita. Ini menjadi tugas kami agar mereka tidak stunting,” terangnya.
Oleh karena itu pihaknya menggiatkan gerakan makan telur dan minum susu setiap hari kepada balita yang berisiko stunting. Kepada warga lain juga disosialisasikan gerakan makan telur dan minum susu tersebut.
“Untuk balita yang memiliki risiko stunting kami alokasikan anggaran dari dana desa untuk memenuhi kebutuhan makan telur dan minum susu. Mereka dapat bantuan untuk makan telur selama dua bulan dan minum susu selama 1 bulan. Saat ini kondisi balita yang berisiko stunting itu semakin stabil dan jauh dari stunting,” imbuhnya.