
SERAYUNEWS – Generasi muda yang cerdas tidak hanya bergantung pada semangat belajar, tetapi juga pada kesehatan tubuh. Di Indonesia, kekurangan zat besi masih menjadi salah satu penyebab utama anemia pada anak dan remaja. Kondisi ini bisa menurunkan daya tahan tubuh, memengaruhi konsentrasi, serta menghambat performa olahraga dan prestasi akademik.
Karena itu, memenuhi kebutuhan zat besi harian sejak dini merupakan investasi jangka panjang bagi kualitas hidup dan masa depan anak. Pakar gizi menekankan pemenuhan zat besi harian tidak hanya dipenuhi dari sumber heme seperti daging merah, ayam, ikan, atau hati yang mudah diserap, tetapi juga dari sumber non-heme yang kaya nutrisi.
Makanan nabati seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, lentil, sayuran berdaun hijau, sereal fortifikasi, dan khususnya bit merah sebagai contoh unggulan berkat kandungan antioksidan, serat, dan zat besinya. Meski penyerapannya lebih rendah, non heme tidak kalah penting karena datang bersama nutrisi lain. Buah bit misalnya, kaya antioksidan betalain dan betacyanin yang melindungi sel dari kerusakan oksidatif.
Bit merah kaya serat, vitamin C, magnesium, dan zat besi sehingga membantu pencernaan sehat dan daya tahan tubuh serta mendukung pertumbuhan dan energi anak. Bit merah rendah kalori namun sarat nutrisi, mengandung nitrat alami yang membantu meningkatkan aliran darah dan penyaluran oksigen ke seluruh tubuh, sehingga mendukung stamina dan fungsi organ. Selain itu, bit kaya pigmen betalain dengan sifat anti-inflamasi, sehingga berkontribusi menjaga kesehatan jantung dan daya tahan tubuh.
Kebiasaan sederhana dapat memberi dampak besar untuk mencegah anemia pada anak dan remaja. Mengonsumsi buah atau sayuran kaya vitamin C seperti jeruk, jambu, kiwi, stroberi dan paprika bersama makanan tinggi zat besi membantu tubuh menyerap nutrisi ini dengan lebih baik. Sebaliknya, hindari minum teh atau kopi tepat setelah makan dan berikan jeda satu hingga dua jam untuk mengurangi senyawa penghambat penyerapan.
Demikian pula dengan kalsium dosis besar sebaiknya dikonsumsi pada waktu berbeda agar penyerapan zat besi tetap optimal. Selain pola makan, kenali tanda-tanda anemia pada remaja, seperti cepat lelah, wajah pucat, pusing, atau kesulitan berkonsentrasi. Jika gejala ini muncul, jangan ragu untuk memeriksakan kadar hemoglobin dan ferritin ke layanan kesehatan. Ingat, suplemen zat besi hanya diberikan atas saran dokter dan tidak semua orang membutuhkannya.
Sebagai panduan praktis, pakar merekomendasikan susunan menu sederhana yang dapat diadaptasi keluarga. Minum Gizigrow di pagi hari bisa menjadi ritual rutin sebelum memulai aktivitas sekolah untuk memberikan energi awal dari whey serta dukungan zat besi, vitamin, dan mineral. Makan siang nasi dengan tumis daging atau ayam berpadu sayuran hijau, dan makan malam ikan seperti sarden atau kembung dengan tumis brokoli menjadi contoh kombinasi terjangkau.
Sebagai tambahan, setelah berolahraga atau aktivitas fisik yang intens, satu gelas Gizigrow juga bermanfaat untuk memulihkan energi dan membantu pemeliharaan otot karena kandungan proteinnya. Selain itu, ekstrak bit merah dalam Gizigrow meningkatkan aliran oksigen ke otot, menjadikannya pendamping ideal setelah anak aktif bermain atau berlatih. Pastikan penggunaan Gizigrow tetap sebagai pelengkap dalam pola makan seimbang, bukan sebagai pengganti makanan utama. Dalam kesempatan terpisah, Gizigrow menyatakan dukungannya terhadap edukasi gizi remaja.
“Misi Gizigrow adalah membantu keluarga membangun kebiasaan makan yang lebih baik melalui edukasi dan pilihan produk bergizi sebagai pelengkap pola makan seimbang. Kami mendorong remaja memenuhi kebutuhan zat besi dari makanan utama, sementara produk kami dapat digunakan sebagai opsi pendamping sesuai kebutuhan,” ujar Vania, Brand Development PT Rumbaka Gung Triwikrama, Principal Gizigrow.
“Produk Gizigrow bukan pengganti terapi medis dan hasil dapat berbeda pada tiap individu. Kami berfokus pada literasi gizi dan kemudahan akses informasi bagi orang tua dan remaja,” tambahnya.
Sekolah dan orang tua diminta berkolaborasi memperbaiki kebiasaan makan remaja melalui kantin sehat, edukasi label gizi, serta pembiasaan membawa bekal. Para pakar menilai, pencegahan anemia bukan hanya soal angka laboratorium, melainkan investasi jangka panjang untuk kualitas hidup. Dengan nutrisi tepat, kebiasaan yang mendukung penyerapan, serta pemantauan kesehatan yang bertanggung jawab ditunjang oleh edukasi publik dari pelaku industri seperti Gizigrow remaja diharapkan tumbuh aktif, fokus, dan produktif.***