Global Future Fellows (GFF) oleh Pijar Foundation, berlanjut dengan serangkaian diskusi dinamis dengan tokoh-tokoh terkemuka di bidang energi. Di hari kedua, program yang dipimpin oleh Direktur Global Future Fellows (GFF) Cazadira F. Tamzil ini, mengeksplorasi ketidakpastian karena ketegangan geo-ekonomi global saat ini dan perlunya solusi teknologi inovasi demi masa depan energi Indonesia.
Jakarta, serayunews.com
Saat dunia pulih dari pandemi Covid-19, Indonesia juga harus menghadapi ketegangan geo-ekonomi yang bisa berakibat munculnya gangguan rantai pasokan. Pencapaian target Indonesia terkait ketahanan energi dan proses transisi, merupakan upaya kolektif yang membutuhkan semua tangan menyumbangkan ide dan tindakan nyata.
Peran penting kemitraan, menjadi poin kunci dari presentasi Hot Martua Bakara yang merupakan Executive Vice President (EVP) untuk Perencanaan Perusahaan Strategis Perusahaan Listrik di Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Bakara menyatakan, masih ada kesenjangan dalam hal kemampuan dan teknologi internal yang saat ini ada di Indonesia.
“Ada lima perubahan utama untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Dari energi terbarukan skala besar di daerah terpencil, hingga penangkapan dan penyimpanan karbon. Semua upaya ini, membutuhkan metode penetapan harga baru, pembiayaan, penyebaran teknologi, dan dukungan kebijakan,” sebut Bakara.
Menurutnya, transisi energi membutuhkan transformasi ekonomi dan masyarakat yang hanya dapat terjadi melalui kemitraan multi-pemangku kepentingan. Pesan ini jelas tercermin dalam program GFF 2022, dengan narasumber dari akademisi, organisasi masyarakat sipil, kamar dagang, asosiasi pemerintah, dan suara filantropi.
Acara berlanjut dengan diskusi panel yang semuanya menekankan kemitraan, sebagai kendaraan perubahan, baik di tingkat global maupun lokal.
Direktur Global Future Fellows (GFF), Cazadira F. Tamzil menyampaikan, langkah itu untuk mencapai transisi energi yang berkelanjutan dan merata. Bagi negara sebesar Indonesia, BUMN dan sektor lainnya membutuhkan kolaborasi yang bermakna. Tidak hanya dengan global, tetapi juga mitra lokal, terutama dalam hal berbagi sumber daya.
“Rencana Aksi Bersama yang dibuat oleh GFFellows dengan 36 peserta yang mengambil bagian dari GFF 2022 akan mengkonsolidasikan potensi kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan masyarakat untuk menjaga proses transisi energi Indonesia,” kata Cazadira.
Sebagai informasi, hadir di hari pertama GFF adalah Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia, Pahala Mansury, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal, Kementerian Investasi, Kementerian Investasi Republik Indonesia, Indra Darmawan yang menyampaikan kata sambutannya masing-masing.