SERAYUNEWS – Gunung Slamet sampai saat ini masih berstatus waspada atau level II. Potensi peningkatan aktivitas vulkanik pada gunung tersebut, tetap ada. Sebagai langkah antisipasi, BPBD Banyumas melakukan rapat koordinasi, Jumat (14/6/2024).
Kepala BPBD Banyumas, Budi Nugroho menyampaikan, rapat ini bersama sejumlah stakeholder. Selain itu juga beberapa perwakilan pemerintah kecamatan, terutama yang lokasinya kemungkinan bakal terdampak.
“Rapat ini dalam rangka menyamakan persepsi, untuk mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap potensi ancaman bencana Gunung Slamet,” katanya.
Pihaknya meminta pemerintah kecamatan, ikut memetakan potensi sumber daya pada saat ada kejadian. Termasuk memetakan berapa jumlah masyarakat yang terdekat dan bisa terdampak dari peristiwa ini.
“Akan melakukan evaluasi terhadap jalur-jalur evakuasi dan rambu-rambu (petunjuk, red) ke tempat evakuasi sementara dan evakuasi akhir,” katanya.
Budi menjelaskan, status gunung api itu bertingkat dari normal, waspada, siaga dan awas. Namun memang sulit menebak tipikal gunung, termasuk sifat-sifat letusannya. Apakah seketika dari waspada bisa langsung naik level awas.
“Gunung Marapi yang di Bukit Tinggi (Sumatra Barat, red) misalnya, masih status waspada tetapi ada imbas korban juga. Dengan persepsi atau wawasan yang sama, sehingga nanti kita bisa menyatukan gerak langkah yang terpadu dan bisa kita lakukan dengan seketika dan segera,” kata dia.
Sejumlah kecamatan yang rawan terdampak potensi Bencana Gunung Slamet meliputi Sumbang, Baturraden, Kedungbanteng, Karanglewas Cilongok, Ajibarang, dan Pekuncen.
Sedangkan daerah pemukiman warga yang terdekat dari Puncak Gunung Slamet di Banyumas, terletak di Grumbul Watu Jaran Desa Gandatapa. Kemudian Grumbul blembengan Desa Sikapat Kecamatan Sumbang dengan jarak kurang lebih 9,4 Km.
Lalu Grumbul Kalipagu, Desa Ketenger Kecamatan Baturraden dengan jarak dari puncak kurang lebih 8,55 Km.