SERAYUNEWS– Halalbihalal merupakan kegiatan dilakukan masyarakat Indonesia ketika Hari Raya Idulfitri (Lebaran). Ternyata tradisi yang dilakukan dengan saling bermaaf-maafan ini, bukanlah tradisi dari Arab, melainkan asli dari Indonesia yang berkembang sejak era Presiden Soekarno.
Informasi yang dikutip serayunews.com dari derapjuang.id, Kamis (11/4/2024) menyebutkan, halalbihalal dilakukan pada tahun 1948. Pada saat itu, bertepatan dengan pertengahan bulan Ramadan, kondisi perpolitikan di Indonesia sedang tidak stabil. Bung Karno lantas berdiskusi dengan Kiai Abdul Wahab, seorang tokoh ulama pada waktu itu, untuk mencari solusi mengatasi ketegangan politik.
Kemudian Kiai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan agenda ‘silaturahim’, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, di mana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturahim.
Namun, Bung Karno enggan menggunakan kata silaturahmi karena dianggap sudah biasa. Lantas, menurut Kiai Wahab saat itu para elit politik tidak mau bersatu lantaran mereka saling menyalahkan.
“Sementara saling menyalahkan itu kan dosa dan dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Sehingga, mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan,” ucap Kiai Wahab.
Dari saran Kiai Wahab tersebut, Bung Karno kemudian membuat sebuah skema untuk mengundang semua tokoh politik berkumpul di Istana Negara seusai ibadah salat Idulfitri, duduk dalam satu meja untuk bisa bersilaturahmi.
Para tokoh politik tersebut akhirnya bisa duduk dalam satu meja serta saling bersalaman dan bermaaf-maafan. Hal itu sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Sejak itulah kegiatan yang diberi judul Bung Karno sebagai ‘halalbihalal’, menjadi tradisi bangsa Indonesia hingga kini.