Kampung Laut, Serayunews.com
Adalah Lina Ayu Safitri (22) beralamat di RT 08 RW 07 Desa Klaces Kecamatan Kampung Laut Cilacap, Jawa Tengah. Ia sekeluarga memiliki usaha warung kelontong dengan menjual beraneka kebutuhan bahan pokok masyarakat tak terkecuali minyak goreng.
Namun semenjak minyak goreng langka dan sulit di dapat, ia pun harus berjuang ekstra agar tetap bisa menuhi permintaan pelanggan warungnya, yang membutuhkan minyak goreng sebagai salah satu kebutuhan utama sehari-hari di masyarakat.
Untuk mendapatkan stok minyak goreng dan kebutuhan lainnya, ia memilih berbelanja ke suatu wilayah di Jawa Barat yakni di Kalipucang Kabupaten Pangandaran daripada ke Kota Cilacap, meski sama-sama menggunakan perahu dan jarak tempuh hampir sama yakni sekitar 2 jam perjalanan dengan perahu. Sehingga untuk pulang pergi dibutuhkan paling sedikit 4 jam perjalanan.
“Kalau belanja di Kalipucang, kalau ke Kota Cilacap lebih jauh. Sembako juga lebih murah di Kalipucang, perjalanan dua jam. Kalau ongkosnya ke Cilacap lebih mahal,” ujar Lina saat ditemui, Kamis (10/3/2022).
Pada saat itu, Lina pun membeberkan biaya ongkos perjalanan sekali berbelanja, paling tidak ia harus mengeluarkan uang sekitar Rp 100 ribu rupiah untuk perjalanan ke Kalipucang. Menurutnya, meskipun pasarnya tergolong kecil namun untuk harga kebutuhan pokok lebih murah di sana ketimbang di Kota Cilacap seperti yang ia sebut Pasar Gede.
“Kalau ongkos perahu Rp30 ribu pulang pergi, ditambah ongkos ojek ke rumah Rp30 ribu paling tidak sekali berangkat sekitar butuh Rp100 ribu,” ujarnya.
Untuk belanja kebutuhan pokok, biasanya dilakukan Lina seminggu sekali, namun untuk minyak goreng dua hari sekali. Meskipun barangnya langka, namun permintaannya yang tinggi. Bahkan warga setempat banyak yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan minyak goreng, apalagi dengan harga yang murah sesuai ditetapkan pemerintah yaitu eceran tertinggi Rp14 ribu.
Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan di warungnya, Lina menyediakan dua jenis yaitu minyak goreng curah dan kemasan. Untuk minyak goreng curah biasanya habis 25 liter dalam dua hari.
Karena sulitnya mendapat minyak goreng dengan harga murah, ia pun tetap membelinya karena dibutuhkan masyarakat. Harga yang ia beli di pasar, untuk minyak goreng curah Rp17 ribu, kemudian ia jual kembali dengan harga Rp19 ribu. Sedangkan untuk minyak goreng kemasan ia beli Rp19.500 dijual kembali dengan harga Rp22 ribu.
“Kalau di pasaran banyaknya minyak goreng kemasan, namun warga banyak yang minta minyak goreng curah, karena harganya lebih murah,” ujarnya.
Selain menjual bahan kebutuhan pokok, di warung Lina juga menjual aneka gorengan, sehingga kalau pakai minyak goreng kemasan menurutnya tidak dapat untung karena harga minyaknya sudah mahal.
Ia juga berharap kepada pemerintah agar bisa meperhatikan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil dan terluar seperti Kampung Laut tersebut.