SERAYUNEWS – Mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Saizu Purwokerto membuktikan bahwa dakwah dan kepekaan sosial bisa disampaikan lewat media yang tak biasa: fotografi.
Ratusan karya foto hasil eksplorasi mereka dipamerkan dalam gelaran bertajuk “Hidden Gem: Explore with Camera 2025”, yang berlangsung di Gedung Student Center kampus setempat.
Pameran ini merupakan bagian dari ujian akhir mata kuliah Fotografi yang diampu oleh dosen Rujito, M.Sos. Sebanyaklebih dari 100 fotodipajangsebagaihasileksplorasilapangan yang dilakukanoleh 30 kelompokmahasiswa semester 6.
Mereka mengambil gambar dari berbagai daerah, seperti Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Kebumen, Brebes, Tegal, hingga Banjarnegara.
“Kami dorong mahasiswa bukan sekadar memotret indah, tapi juga mampu menceritakan sesuatu yang tersembunyi dan bermakna,” ujar Rujito.
Mahasiswa tidak hanya memotret objek, tetapi juga menyertakan narasi kontekstual, lokasi, dan cerita di balik setiap foto.
Beberapa karya bahkan menyoroti museum kecil yang terlupakan, arsitektur tua penuh sejarah, hingga kisah pelaku UMKM desa yang bertahan dengan modal terbatas.
Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Prof. Dr. Suparjo, M.A., membuka acara sekaligus mengapresiasi kreativitas mahasiswa dalam mengolah visual menjadi pesan sosial dan religius.
“Karya-karya ini menunjukkan bagaimana mahasiswa PAI bisa menyampaikan pesan, potensi, bahkan dakwah sosial melalui visual. Ini bagian dari literasi yang kontekstual dan menyentuh realitas,” kata Prof. Suparjo, Jumat (27/6/2025).
Senada, Koordinator Prodi PAI Dewi Ariyani juga menekankan bahwa pendidikan agama tak harus melulu soal teks dan dogma.
“Lewat kamera, mahasiswa belajar menggali sisi lain dari kehidupan masyarakat. Ini adalah pembelajaran yang hidup, membumi, dan penuh narasi,” ujarnya.
Pameran ini tak hanya menampilkan karya foto, tetapi juga menghadirkan sesi diskusi bertajuk “Sharing Session: Hidden Story Behind the Lens.”
Dalam sesi ini, dua narasumber inspiratif hadir: Rachmat Imanda (anggota DPRD Banyumas) dan Oryza Sabathino Firdian (fotografer profesional).
Keduanya membagikan pandangan soal peran fotografi dalam pembangunan lokal serta bagaimana visual bisa menjadi alat pelestarian identitas budaya dan sejarah desa.
“Hidden Gem: Explore with Camera 2025” tak hanya menjadi ajang pamer karya, tapi juga ruang edukasi kolektif bagi mahasiswa, dosen, dan publik untuk memandang ulang desa dan kehidupan dari sudut pandang baru.
Pameran ini terbuka untuk umum dan menjadi contoh konkret bahwa agama, seni, dan empati sosial bisa menyatu dalam sebuah bingkai kamera.