
SERAYUNEWS – Hingga November 2025 tercatat ada 13 kematian ibu dan 194 kematian bayi, dengan prevalensi stunting sekitar 14%.
Hal itu terungkap saat acara sarasehan, dengn topik pembahasan strategi penanganan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), stunting, serta upaya penguatan kelembagaan Posyandu.
Dalam presentasinya, dr. Dany menggarisbawahi perlunya keterlibatan berbagai pihak untuk mengawal isu kesehatan masyarakat, terutama pencegahan stunting.
Upaya pencegahan ditekankan pada memastikan kehamilan terjadi dalam kondisi yang optimal, guna menekan risiko stunting sejak dini.
“Kecamatan Purwojati masih mencatat insiden stunting tertinggi di wilayah Banyumas,” kata dr Dany, Kamis (11/12/2025).
Menurut dr Dany, Kabupaten Banyumas patut diapresiasi karena mencatat hasil positif, dengan kasus baru stunting lebih rendah dari target 2,5%, serta meraih penghargaan kinerja baik dalam penanganan stunting di Jawa Tengah.
“Faktor risiko terbesar stunting adalah dari keluarga perokok. Kebiasaan merokok di dalam rumah tidak hanya mengalihkan anggaran gizi, tetapi juga meningkatkan risiko kesehatan anak akibat paparan perokok pasif,” katanya.
Lebih lanjut, dr. Dany menyebutkan bahwa cakupan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) per November 2025 masih di bawah rata-rata nasional.
“Tantangan yang dihadapi termasuk keterbatasan anggaran, sasaran yang belum terjangkau, dan perbedaan faktor input,” ujarnya.
Meskipun Posyandu kini melayani seluruh siklus hidup (termasuk lansia), beberapa kendala masih perlu diatasi.
Terkait SDM dan Kaderisasi, masih 60% atau 10.213 kader belum mendapat pelatihan. Keterbatasan waktu kader di usia produktif membuat Posyandu kadang diadakan di luar jam kerja biasa.
Ketersediaan alat ukur antropometri masih perlu ditingkatkan. Alokasi insentif belum merata di seluruh desa, padahal regulasi telah mengatur pemberian insentif sebagai dukungan bagi beban kerja kader.
Dokter Dany berharap, perhatian pemerintah daerah dapat ditingkatkan, khususnya dalam hal insentif, demi menjaga motivasi kader.
Bupati Sadewo menegaskan komitmen Pemkab Banyumas dalam percepatan penurunan AKI, AKB, dan stunting. Hingga November 2025, tercatat 13 kematian ibu dan 194 kematian bayi, dengan prevalensi stunting sekitar 14%.
“Upaya ini merupakan tugas kemanusiaan yang harus dilakukan secara bersama-sama oleh lintas sektor, profesi, dan komunitas. Tidak bisa hanya dibebankan kepada Dinas Kesehatan atau pemerintah daerah,” kata Bupati.
Bupati menekankan bahwa penguatan layanan primer melalui Posyandu adalah kunci utama pelayanan kesehatan keluarga. Selain itu, peran klinik untuk wanita dan pasangan usia subur sangat vital dalam membentuk generasi sehat sejak perencanaan kehamilan.
Sadewo menyoroti pentingnya program Skrining Layak Hamil sebagai langkah pencegahan dini untuk menurunkan AKI dan AKB. Intervensi stunting pun diperluas, kini menyasar tidak hanya murid sekolah, tetapi juga balita dan ibu hamil. Konsep Makan Bergizi Gratis dari pemerintah pusat juga diperluas manfaatnya.
Mengakhiri pertemuan, Bupati Sadewo mengajak semua pihak untuk memperkuat kolaborasi.
“Harapannya, kita bisa bekerja lebih dekat, lebih kompak, dan lebih cepat untuk menghadirkan layanan kesehatan yang mudah dijangkau, berkualitas, dan membawa dampak nyata bagi masyarakat Banyumas,” kata dia.