SERAYUNEWS – Malam tahun baru merupakan momen yang sering dirayakan dengan berbagai acara, seperti pesta kembang api, makan bersama, atau berkumpul bersama keluarga dan teman.
Namun, bagi seorang Muslim, pertanyaan yang kerap muncul adalah: Apakah merayakan malam tahun baru sesuai dengan ajaran Islam?
Artikel ini akan mengupas hukum merayakan malam tahun baru dalam Islam berdasarkan perspektif syariat.
Dalam Islam, perayaan harus sesuai dengan tuntunan syariat. Rasulullah SAW hanya menetapkan dua hari raya bagi umat Islam, yaitu:
Kedua perayaan ini memiliki nilai spiritual yang tinggi dan dirayakan sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, setiap perayaan lain, termasuk malam tahun baru, perlu ditinjau dari sisi hukum dan dampaknya terhadap iman dan amal.
Hukum merayakan malam tahun baru di kalangan ulama berbeda-beda, tergantung pada bentuk perayaannya. Berikut beberapa pandangan:
Sebagian ulama berpendapat bahwa merayakan malam tahun baru hukumnya haram. Hal ini didasarkan pada alasan berikut:
Ada pula pendapat yang menganggap merayakan malam tahun baru sebagai makruh jika perayaannya dilakukan tanpa tujuan yang jelas atau hanya menghabiskan waktu tanpa manfaat.
Beberapa ulama memperbolehkan perayaan malam tahun baru selama tidak melanggar syariat. Contohnya:
Bagi umat Muslim yang ingin memanfaatkan momen pergantian tahun, berikut beberapa alternatif perayaan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam:
Dalam Islam, niat sangat menentukan nilai sebuah amal. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Jika perayaan malam tahun baru dilakukan dengan niat untuk hal-hal baik, seperti mempererat silaturahmi atau mengajak keluarga pada kebaikan, maka aktivitas tersebut bisa bernilai positif.
Namun, jika dilakukan semata untuk mengikuti tren atau melakukan hal yang dilarang, maka perbuatan tersebut tidak dibenarkan.
Hukum Muslim merayakan malam tahun baru tergantung pada niat dan bentuk aktivitasnya.
Sebaiknya, seorang Muslim tetap menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman utama dalam bertindak.
Daripada terjebak dalam perayaan yang tidak bermanfaat, gunakan momen ini untuk introspeksi diri dan memperbaiki hubungan dengan Allah SWT serta sesama manusia.
Dengan memahami perspektif ini, umat Islam diharapkan dapat menjalani pergantian tahun dengan cara yang lebih bermakna dan tetap dalam koridor syariat.
***