Purbalingga, serayunews.com
Penyerahan penghargaan pada malam penganugerahan, September 2022 di Bioskop Misbar Purbalingga, Sabtu (3/9/2022) malam.
“Film ini lahir dari proses kreatif saya bersama teman-teman berbagai sekolah SMA dan SMK di Purbalingga. Semoga film ini dapat mengingatkan kita semua akan orang tua kita,” demikian Lukman saat pidato kemenangan di atas panggung.
Menurut Arief Akhmad Yani, mewakili dewan juri kompetisi fiksi bersama Nugroho Pandhu Sukmono dan Teguh Trianton, pihaknya sepakat mengganjar film terbaik yang mampu menuturkan sebuah ide sederhana yang tidak terpikir oleh banyak orang lain.
“Film “Sepuh” mampu menyisipkan kritik sosial dalam dialog setiap karakter juga mampu mengaduk-aduk emosi penontonya,” tutur pegiat komunitas film asal Malang, Jawa Timur.
Sementara Fikri mengungkapkan, ia tidak menyangka film garapan dia dan teman-temannya menjadi yang terbaik di FFP 2022.
“Terima kasih kepada Ki Anom Sarjono dan Ki Jhono Pamungkas yang bersedia kami repoti beberapa hari dalam proses pembuatan dokumenter ini,” ungkapnya.
Mewakili dewan juri kompetisi dokumenter, Joko Narimo menilai, “Lakon Ki Jono lan Ki Jalu” berhasil tampil sebagai produk tontonan dengan aspek sinematik yang memadai sebagai dokumenter.
“Film ini akan semakin memiliki kekuatan nilai lokalitasnya bila pengkisahan pengalaman subjek dituturkan dalam Bahasa Panginyongan sebagai identitas kultural masyarakat Banyumas Raya,” tutur Joko, pegiat literasi dan videomaker asal Boyolali bersama kedua juri lain, Tri Adi Sumbogo dan Muhammad Ridlo Susanto.
Kedua dewan juri, baik fiksi maupun dokumenter, menghasilkan film pilihan juri atau special mention. Pada kompetisi fiksi, juri memilih film “Anggun” sutradara Sevi Aolina produksi DN Film’s SMK Darunnajah Barjarmangu Banjarnegara. Sementara dalam kompetisi dokumenter juri memilih “Kesaksian Darsan” sutradara Annisa Rahmasari produksi Kafiana Production SMK YPLP Perwira Purbalingga.
Selain film fiksi dan dokumenter terbaik, FFP ke-16 ini juga mengategorikan film favorit penonton. Film fiksi “Kepungan” sutradara Maisaroh dan film dokumenter “Kesaksian Darsan” sutradara Annisa Rahmasari, keduanya produksi Kafiana Production SMK YPLP Perwira Purbalingga, menjadi Film Fiksi dan Dokumenter Favorit Penonton.
Pada setiap malam penganugerahan FFP, memberikan penghargaan “Lintang Kemukus”. Penghargaan kepada individu maupun kelompok yang secara nyata berkontribusi atas kesenian dan kebudayaan di Banyumas Raya dalam berbagai aktivitasnya.
Penghargaan “Lintang Kemukus” tradisi diterima almarhum Tuwarno, seniman tradisi asal Kabupaten Purbalingga. Sementara Tofik Suseno asal Kabupaten Cilacap menerima penghargaan “Lintang Kemukus” modern.
Direktur FFP, Nanki Nirmanto mengatakan, secara garis besar pada penyelenggaraan tahun ini terdapat peningkatan kualitas film garapan pelajar pada kategori fiksi. Namun, dia mengakui adanya keterputusan regenerasi pada sekolah yang sebelumnya memiliki ekstrakurikuler sinematografi.
“Ini menjadi pekerjaan rumah bagi komunitas film di Banyumas Raya (Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen, dan Banyumas). Khususnya Kabupaten Banyumas yang sampai saat ini masih absen berpartisipasi,”imbuhnya.