SERAYUNEWS – Berdasarkan hasil Kajian Resiko Bencana (KRN) yang di susun BPBD Banyumas, ada 7 potensi bencana. Satu di antaranya yakni bencana erupsi gunung berapi. Sebab, wilayah Kabupaten Banyumas merupakan salah satu wilayah yang berada di lereng Gunung Slamet.
“Dokumen kajian risiko bencana di susun untuk mitigasi, karena penanganan perlu keterlibatan semua pihak. Baik pemerintah, mitra pemerintah, mitra swasta, swasta, dan masyarakat,” kata Kepala Pelaksana BPBD Banyumas, Budi Nugraha, Kamis (23/11/2023).
Berada di lereng selatan Gunung Slamet, Banyumas sisi utara memiliki potensi terdampak ketika Gunung Slamet erupsi. Namun, hasil kajian dan sejarah bencana yang ada, Banyumas masuk kategori risiko sedang.
Budi menjelaskan, ada 6 wilayah Kecamatan yang berpotensi terdampak yakni Kecamatan Baturraden, Cilongok, Kedungbanteng, Karanglewas, Purwokerto Utara, dan Sumbang.
Wilayah Kecamatan Baturraden, total luas wilayah yang berpotensi terdampak yakni 2.409,57 ha, termasuk dalam kategori risiko sedang. Kemudian Kecamatan Kedungbanteng, total luas wilayah yang berpotensi 1.232, 55 ha, dengan level sedang. Kecamatan Cilongok 564,21 ha, kategori risiko rendah dan Kecamatan Karanglewas ada 114,75 masuk level rendah.
Kecamatan Sumbang luas wilayah yang berpotensi terdampak seluas 1.545, 57 ha dengan kategori sedang. Selanjutnya Kecamatan Purwokerto Utara seluas 37,71 kategori rendah.
“Luas total di Kabupaten Banyumas yang berpotensi terdampak seluas 5.904,36 ha, masuk ke kategori level sedang. Penentuan tingkat kelas bahaya di Kabupaten Banyumas, di tentukan berdasarkan kelas bahaya maksimal per kecamatan,” katanya.
Berdasarkan sejarah terjadinya bencana letusan gunung berapi, sejak tahun 2011 sampai 2021, baru sekali terjadi. Gunung Slamet erupsi di tahun 2014 silam.
“Berdasar catatan sejak 2011 sampai 2021, baru sekali terjadi erupsi. Itu pun Banyumas terdampak hujan abunya, kalau lelehan lahar alirannya ke sisi utara kawah,” kata dia.