
SERAYUNEWS- Antusiasme pasar modal terhadap rencana penawaran saham perdana PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) semakin menguat menjelang berakhirnya masa book building.
IPO Superbank dinilai menjadi katalis penting yang menghidupkan kembali sentimen positif di sektor perbankan digital Indonesia.
Harga penawaran saham SUPA yang ditetapkan di level Rp635 per saham dinilai kompetitif oleh investor.
Valuasi ini membuka peluang bagi investor ritel maupun institusi untuk masuk lebih awal ke salah satu pemain bank digital yang memiliki fondasi bisnis kuat.
Momentum IPO SUPA juga muncul di saat yang tepat, ketika minat terhadap saham berbasis teknologi dan digital mulai pulih. Kondisi ini menjadikan SUPA sebagai salah satu IPO paling dinantikan pada penghujung tahun 2025.
Melansir berbagai sumber berikut kami sajikan ulasan selengkapnya:
Senior Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Kevin Juido, menyebutkan bahwa respons pasar terhadap IPO Superbank terbilang sangat positif.
Minat beli terus meningkat seiring pemahaman investor terhadap prospek pertumbuhan jangka panjang bank digital.
Menurut Kevin, masa penawaran umum IPO SUPA yang berlangsung hingga 15 Desember 2025 menjadi periode krusial bagi investor untuk mencermati potensi keuntungan.
Kehadiran SUPA menambah pilihan baru di sektor bank digital yang masih berkembang pesat.
Investor melihat SUPA sebagai emiten dengan model bisnis yang adaptif terhadap kebutuhan layanan keuangan digital, terutama di segmen transaksi dan pembiayaan berbasis teknologi.
Euforia IPO Superbank tidak hanya berdampak pada saham SUPA, tetapi juga menular ke saham bank digital lainnya.
Efek psikologis ini terlihat dari pergerakan saham BBYB dan ARTO yang sempat menguat dalam beberapa waktu terakhir.
Pasar menilai kehadiran pemain baru justru memperkuat ekosistem bank digital secara keseluruhan. Hal ini memicu optimisme bahwa sektor ini masih memiliki ruang pertumbuhan yang luas.
Meski pergerakan harga sempat berfluktuasi, tren positif tetap terjaga menjelang jadwal pencatatan saham SUPA di Bursa Efek Indonesia.
Dari sisi fundamental industri, data menunjukkan kinerja bank digital masih berada dalam jalur ekspansi. Total penyaluran kredit bank digital tercatat mencapai Rp111,3 triliun per Oktober 2025.
Angka tersebut mencerminkan pertumbuhan bulanan sebesar 1,3%, sementara secara tahunan melonjak hingga 29%.
Pertumbuhan ini memperkuat keyakinan bahwa bank digital masih menjadi segmen perbankan dengan laju ekspansi tercepat.
Tren positif ini menjadi fondasi kuat bagi IPO SUPA untuk mendapatkan respons optimal dari pasar.
PT Super Bank Indonesia Tbk hadir sebagai penantang serius bagi bank digital yang telah lebih dulu melantai di bursa, seperti Bank Jago (ARTO), Allo Bank (BBHI), dan Bank Neo Commerce (BBYB).
Didukung oleh konsorsium pemegang saham strategis seperti Emtek, Singtel, dan Kakao Bank, SUPA memiliki kekuatan modal, teknologi, serta jaringan ekosistem digital yang solid.
Dalam IPO ini, SUPA melepas lebih dari 4,4 miliar saham atau setara 13% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Target dana segar yang dihimpun mencapai Rp2,79 triliun.
Dengan harga IPO Rp635 per saham, valuasi SUPA tercermin dari rasio price to book value (PBV) 2025 sebesar 2,64 kali. Angka ini berada di bawah rata-rata PBV industri bank digital.
Sebagai perbandingan, PBV Bank Jago berada di kisaran 3,3 kali, sementara Allo Bank mencapai 4,3 kali. Kondisi ini membuat SUPA terlihat relatif lebih atraktif dari sisi valuasi.
Meski demikian, valuasi SUPA masih lebih tinggi dibandingkan BBYB yang memiliki PBV sekitar 1,5 kali.
Dari sisi aset, SUPA menempati posisi ketiga dengan total aset mencapai Rp17,7 triliun. Angka ini menempatkannya di bawah ARTO dan sedikit di bawah BBYB, namun masih unggul dibandingkan BBHI.
Dalam lanskap industri bank digital per Juni 2025, SUPA menguasai pangsa pasar sekitar 9,4% dengan total penyaluran kredit Rp8,3 triliun.
Posisi tersebut menempatkan SUPA sebagai salah satu pemain utama di tengah ketatnya persaingan bank digital nasional.
Salah satu kekuatan utama SUPA adalah integrasinya dengan platform Grab dan OVO. Sinergi ini memperluas basis pengguna sekaligus mempercepat akuisisi nasabah.
Transformasi digital SUPA juga diperkuat oleh dukungan pemegang saham strategis yang memiliki pengalaman global di industri teknologi dan keuangan.
Kombinasi ekosistem digital dan dukungan modal besar menjadi modal penting bagi SUPA untuk mempercepat pertumbuhan bisnis.
Sejak bertransformasi menjadi bank digital, SUPA mencatat pertumbuhan signifikan dalam jumlah nasabah yang kini mencapai sekitar 4 juta pengguna.
Selain itu, SUPA berhasil mencatatkan laba bersih kuartalan pertamanya pada kuartal I 2025. Capaian ini menjadi sinyal positif atas keberlanjutan model bisnis perusahaan.
SUPA juga menerapkan kebijakan dividen yang agresif, dengan alokasi hingga 85% dari laba bersih.
Sesuai rencana, masa penawaran umum IPO SUPA berakhir pada 15 Desember 2025. Saham SUPA dijadwalkan resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 17 Desember 2025.
Proses IPO ini didukung oleh sejumlah penjamin emisi ternama, termasuk Mandiri Sekuritas, CLSA Sekuritas Indonesia, Sucor Sekuritas, dan Trimegah Sekuritas.
Dengan dukungan kuat tersebut, IPO SUPA diproyeksikan berjalan sukses dan menjadi salah satu sorotan utama pasar modal akhir tahun ini.