SERAYUNEWS— Presiden Joko Widodo mengungkapkan alasannya membangun Istana Presiden di atas IKN. Ia mengatakan ingin Indonesia memiliki Istana yang pembangunannya oleh anak bangsa bukan peninggalan Belanda.
“Saran saya, dicoba di sana akan kelihatan betapa sekarang ini memang kita ingin memiliki gedung presiden yang bukan peninggalan dari kolonial. Kita bangun sendiri, dengan bahan-bahan produk kita sendiri, dilakukan oleh anak-anak bangsa sendiri, dan ini akan menimbulkan sebuah kebanggaan, harga diri,” kata Jokowi saat groundbreaking gedung BPJS Kesehatan di IKN (1/3/2024).
Jokowi mengaku hanya bisa terdiam jika ada tamu negara yeng memberi pujian kemegahan istana. Jokowi tidak bisa membalas pujian tersebut karena gedung tersebut Belanda yang membangunnya.
“Karena kadang-kadang kalau saya mendapat tamu entah Presiden, entah Perdana Menteri masuk ke Istana kita, kemudian PM-nya bertanya ‘wah gedungnya bagus ya’. Saya nggak bisa jawab apa-apa, karena memang itu adalah peninggalan dari kolonial Belanda. Di Bogor juga sama, di Yogya juga sama, Cipanas juga sama. Inilah sebetulnya salah satu hal yang ingin kita kerjakan, sehingga kita punya kebanggaan terhadap diri kita sendiri, kepribadian dalam kebudayaan,” ungkap Jokowi.
Jika alasan ingin bangga karena punya istana karya bangsa sendiri, kita sebetulnya sudah punya, yaitu Istana Tampak Siring di Bali.
Melansir dari setneg.go.id, Istana Kepresidenan Tampaksiring merupakan satu-satunya Istana Kepresidenan yang pembangunannya setelah Kemerdekaan Indonesia.
Pembangunannya terlaksana mulai tahun 1957 sampai dengan tahun 1960. Dalam rangka menyongsong kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV (ASEAN Summit XIV) yang terselenggara pada tanggal 7 sampai dengan 8 Oktober 2003, Istana Tampaksiring menambah bangunan baru. Berikut fasilitas-fasilitasnya, yaitu gedung untuk konferensi dan untuk resepsi, serta Balai Wantilan sebagai gedung pergelaran kesenian.
Istana ini terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, 40 kilometer dari Denpasar dan berada di ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Bangunan ini berada di atas tanah berbukit dan sawah teras miring mengelilinginya.
Nama Tampaksiring, berasal dari dua kata bahasa Bali yaitu tampak (bermakna telapak) dan siring (bermakna miring).
Pembangunan Istana Tampaksiring telah terlaksana secara bertahap sejak tahun 1957. Arsiteknya ialah R.M. Soedarsono. Bangunan pertama berdiri pada tahun 1957 yaitu Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira. Pembangunan berikutnya terlaksana pada tahun 1958.
Selain tanah dan bangunan, Istana Kepresidenan Tampaksiring juga memiliki hewan peliharaan kijang yang berasal dari Istana Bogor. Ada dua jenis kijang di Tampaksiring, yaitu Kijang Totol dan Kijang Bawean.
Tamu negara yang pertama kali menginap di istana ini ialah Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand, yang datang pada 1957 bersama Permaisurinya, Ratu Sirikit.
Kemudian, ada Presiden Tito dari Yugoslavia, Presiden Ho Chin Minh dari Vietnam, Perdana Menteri Nehru dari India, Perdana Menteri Khruschev dari Uni Soviet, Ratu Juliana dari Negeri Belanda, dan Kaisar Hirohito dari Jepang.*** (O Gozali)