SERAYUNEWS – Menjelang Hari Raya Iduladha, umat Muslim di seluruh Indonesia mulai bersiap untuk melaksanakan ibadah kurban.
Dengan tingginya permintaan hewan kurban, masyarakat perlu waspada terhadap praktik curang seperti sapi gelonggongan yang masih marak dilakukan oleh oknum pedagang demi meraih keuntungan secara instan.
Apa Itu Sapi Gelonggongan?
Sapi gelonggongan adalah sapi yang secara sengaja diberi air dalam jumlah besar sebelum disembelih.
Praktik ini dilakukan dengan cara memaksa air masuk ke tubuh sapi melalui mulut menggunakan selang, biasanya 1–2 jam sebelum penyembelihan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan berat badan sapi secara instan, sehingga pedagang bisa menjualnya dengan harga lebih tinggi.
Menurut Dr. drh. Denny Widaya Lukman, Dosen dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, praktik ini sangat menyiksa hewan dan tidak mencerminkan prinsip ihsan yang dianjurkan dalam Islam.
“Cara seperti ini sangat menyiksa sapi sebelum disembelih. Hal itu tidak mencerminkan prinsip ihsan terhadap hewan dan tidak memenuhi kaidah kesejahteraan hewan,” ujarnya seperti dikutip dari situs resmi IPB pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Tidak hanya berdampak buruk terhadap hewan, praktik ini juga merugikan konsumen karena daging yang dibeli memiliki bobot tidak murni akibat kandungan air yang tinggi.
Ciri-ciri Sapi Gelonggongan
Agar tidak tertipu saat membeli hewan kurban, penting bagi masyarakat untuk mengenali ciri-ciri sapi gelonggongan.
Berikut ini adalah lima tanda umum sapi yang telah mengalami proses penggelonggongan:
1. Perut Membesar Tidak Wajar
Perut sapi gelonggongan akan terlihat membengkak secara tidak alami karena penumpukan air di dalam tubuh. Hal ini menjadi tanda mencolok yang patut dicurigai.
2. Sapi Tampak Lemas dan Lesu
Karena tubuhnya dipaksa menerima cairan dalam jumlah besar, sapi biasanya akan terlihat lemah, kesulitan berdiri, dan tidak aktif sebagaimana sapi sehat pada umumnya.
3. Bobot Daging Tidak Nyata
Menurut Dr. Denny, bobot daging dari sapi gelonggongan bisa naik 20–40 persen.
Namun ketika air menguap, bobot bersih daging hanya tersisa sekitar 600–800 gram dari 1 kilogram semula.
4. Daging Terlihat Basah dan Meneteskan Air
Setelah dipotong, daging dari sapi gelonggongan cenderung basah dan bisa meneteskan air meskipun terlihat segar.
Hal ini bisa menjadi indikator tambahan bahwa daging berasal dari sapi yang digelonggong.
5. Sulit Dibedakan Saat Dibekukan
Dalam bentuk beku, daging sapi gelonggongan hampir tidak bisa dibedakan secara kasat mata dengan daging sapi normal.
Oleh karena itu, masyarakat disarankan membeli daging beku dalam kemasan berlabel resmi.
Mengapa Sapi Gelonggongan Tidak Layak Jadi Hewan Kurban?
Dalam ajaran Islam, hewan kurban harus diperlakukan dengan baik sejak sebelum disembelih.
Proses penyembelihan pun harus sesuai dengan prinsip ihsan, yakni dilakukan dengan penuh kasih sayang dan tanpa menyiksa hewan.
Sapi gelonggongan jelas tidak memenuhi prinsip ini karena telah mengalami penyiksaan sebelum disembelih.
Selain itu, praktik ini juga merugikan secara ekonomi. Konsumen sejatinya membayar harga daging murni, bukan “berat air”.
Dalam jangka panjang, jika praktik ini terus dibiarkan, maka kepercayaan masyarakat terhadap pedagang hewan kurban bisa menurun.
Tips Memilih Sapi Kurban yang Sehat dan Sesuai Syariat
Agar terhindar dari praktik curang, masyarakat disarankan untuk lebih teliti saat memilih hewan kurban.
Berikut beberapa tips dari para ahli:
1. Pilih sapi yang aktif, sehat, dan mampu berdiri tegak.
2. Perhatikan bentuk tubuh, khususnya perut, apakah proporsional dan tidak membengkak.
3. Beli dari pedagang atau tempat penjualan resmi yang terpercaya.
4. Untuk daging beku, pastikan terdapat label resmi dan kemasan rapi.
Dengan mengenali ciri-ciri sapi gelonggongan dan memilih hewan kurban secara hati-hati, masyarakat bisa berkurban dengan tenang, memastikan hewan yang disembelih sehat, sesuai syariat, dan bebas dari praktik kecurangan yang merugikan.