SERAYUNEWS – Saat ini, jawaban eksplorasi konsep modul 3.1 studi kasus CGP 2024 banyak dicari oleh para peserta Calon Guru Penggerak (CGP).
Dalam modul tersebut, para CGP juga akan mendapatkan Tugas Mandiri ataupun pertanyaan yang berkaitan dengan studi kasus.
Bagi Anda yang juga mencari jawabannya, maka Anda tak perlu bingung lagi. Berikut SerayuNews.com sajikan contoh jawaban lengkapnya.
Contoh Jawaban Eksplorasi Konsep Modul 3.1 Studi Kasus CGP 2024
Berdasarkan laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Guru Penggerak merupakan pemimpin pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam mendorong perkembangan murid.
Adapun Guru Penggerak juga berperan proaktif dalam membantu guru lain dalam mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid.
Sementara itu, peserta program CGP mempelajari berbagai modul, termasuk Modul 3.1 yang berfokus pada ‘Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin’.
Modul ini juga menyajikan studi kasus sebagai bagian dari Tugas Mandiri yang harus diselesaikan. Berikut adalah contoh jawaban studi kasus dalam modul tersebut:
Pak Seto adalah Kepala Sekolah sebuah sekolah dasar. Ia memiliki 2 guru kelas V yang berbeda cara mengajarnya. Ibu Tati guru kelas V A dan Ibu Sri guru kelas V B. Ibu Tati terkenal sebagai guru ‘galak’, namun pada saat yang sama, nilai rata-rata murid-muridnya sangat baik. Sehingga sifat keras Ibu Tati masih dianggap sesuai, demi mencapai hasil yang baik dari murid-muridnya. Sedang Ibu Sri adalah guru yang sabar dan tenang, namun ada beberapa muridnya yang memiliki nilai di bawah KKM. Suatu hari Ibu Sri datang ke ruangan Pak Seto selaku kepala sekolah, dan mengadukan perbuatan Ibu Tati yang menghukum salah satu muridnya di tengah terik matahari, berlutut di semen lapangan basket karena tidak membuat pekerjaan rumah. Ibu Sri sangat khawatir karena murid tersebut sudah menangis, namun sepertinya Ibu Tati tetap mengajar di dalam kelas seperti biasa, karena menganggap menjemur anak di terik matahari adalah hukuman pantas karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Bila Anda adalah Pak Seto sebagai kepala sekolah, apa yang akan Anda lakukan? Pendekatan apa yang ambil? Dasar pemikiran apa yang melatar belakangi keputusan Anda?
Temuilah seorang rekan kerja Anda, dan tanyakan kesediaannya memberikan pendapatnya tentang studi kasus di atas
Pendapat saya: Sebagai kepala sekolah, saya akan segera menemui Ibu Tati untuk membahas tindakan yang dia ambil. Pendekatan yang saya gunakan adalah berpikir berbasis peraturan (rule-based thinking) dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Hukuman fisik seperti menjemur anak di bawah terik matahari tidak sesuai dengan etika serta aturan pendidikan. Selain itu, hukuman tersebut bisa berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental para peserta didik. Oleh karena itu, saya akan menegaskan kepada Ibu Tati bahwa ada peraturan yang melarang hukuman tersebut. Saya juga akan mengajak Ibu Tati untuk berdiskusi mengenai metode-metode yang lebih efektif mendorong murid tanpa menghukumnya.
Pendapat rekan: Rekan saya menyarankan pendekatan ends-based thinking (berbasis hasil akhir), dengan fokus pada kinerja siswa. Artinya, menurutnya Pak Seto harus mencari tahu alasan Ibu Tati merasa perlu menghukum peserta didik. Rekan saya juga berpendapat bahwa diperlukan penggabungan ketegasan dengan pendekatan yang lebih manusiawi. Akan tetapi, rekan saya menegaskan bahwa hukuman fisik tidak boleh dilakukan.
Analisis jawaban Anda dan rekan Anda, apakah berbeda, atau sama?
Kesamaan: Kami berdua sepakat bahwa hukuman fisik tidak boleh diterapkan di sekola. Selain itu, Ibu Tati perlu diarahkan agar mampu mengubah metode pendisiplinannya sesuai prinsip yang humanis.
Perbedaan: Saya cenderung menggunakan pendekatan berbasis aturan dan empati, sedangkan rekan saya lebih fokus pada hasil akademiknya serta mengutamakan penggabungan metode pendisiplinan.
Tuliskan tanggapan Anda dan rekan Anda terhadap kasus Bapak Seto, beserta analisis Anda terhadap kedua jawaban tersebut
Tanggapan saya: Pak Seto perlu menegakkan peraturan yang melarang hukuman fisik di sekolah. Sebab, sekolah harus menjadi tempat yang aman bagi para peserta didik. Selain itu, Pak Seto juga harus memberikan pelatihan kepada Ibu Tati mengenai metode lain yang lebih positif.
Tanggapan rekan saya: Rekan saya lebih menekankan pada pentingnya prestasi akademik, tetapi tetap setuju bahwa hukuman fisik harus dihentikan dan diganti dengan metode yang lebih manusiawi.
Analisis kedua tanggapan: Pendekatan saya lebih fokus pada aturan dan empati, sedangkan rekan saya lebih berorientasi pada hasilnya. Namun, kami sepakat bahwa hukuman fisik harus digantikan dengan metode lain.
Berikan tanggapan terhadap unggahan respon rekan CGP Anda tentang hal ini, minimal 3 orang
Tanggapan 1: Saya setuju bahwa pendekatan harus berbasis aturan, tetapi perlu ditambah dengan tindakan tegas yang mengutamakan kesejahteraan para siswa.
Tanggapan 2: Saya mendukung pendekatan berbasis empati yang Anda ajukan. Saya percaya bahwa cara mendidik siswa harus menitikberatkan pada kesejahteraannya.
Tanggapan 3: Pendekatan berbasis hasil yang Anda sampaikan relevan, namun saya mempertanyakan apakah hukuman fisik benar-benar dapat memberikan dampak positif jangka panjang ataupun tidak.
Perlu diingat, jawaban di atas hanyalah contoh, sehingga CGP harus menyesuaikannya dengan jawabannya sendiri.
Nah, itulah contoh jawaban Eksplorasi Konsep Modul 3.1 Studi Kasus CGP 2024 yang bisa dijadikan referensi.***