Getuk Goreng Khas Sokaraja (Instagram getukgoreng.aslihajitohirin)
SERAYUNEWS – Di tengah tekanan zaman kolonial, seorang penjual makanan keliling asal Sokaraja, Banyumas, justru menemukan inovasi kuliner yang tak lekang oleh waktu. Getuk goreng, makanan ringan yang kini jadi oleh-oleh khas Banyumas, lahir dari kecerdikan Pak Sanpirngad dalam menghadapi keterbatasan. Camilan ini bukan hanya lezat, tapi juga sarat nilai sejarah.
Bermula dari Sisa Dagangan
Dikutip dari berbagai sumber, sekitar tahun 1918, ketika wilayah Banyumas masih berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda, seorang pria bernama Sanpirngad menjajakan nasi rames dan getuk basah dari satu tempat ke tempat lain. Getuk basah saat itu adalah makanan sederhana yang dibuat dari singkong kukus dan gula kelapa, dan memiliki umur simpan yang sangat singkat.
Suatu hari, sisa getuk yang tak habis terjual membuat Sanpirngad berpikir keras agar tidak membuangnya begitu saja. Ia lalu mencoba menggoreng getuk tersebut untuk memperpanjang daya tahannya. Ternyata, hasilnya di luar dugaan. Getuk yang digoreng menghasilkan tekstur luar yang garing dan rasa manis yang lebih meresap. Pelanggan pun menyukai rasa barunya itu.
Sejak saat itulah, getuk goreng mulai dikenal dan diminati banyak orang, dan menjadi produk utama dalam jualan Sanpirngad menggantikan getuk basah.
Usaha Kecil yang Menjadi Warisan Kuliner
Inovasi sederhana ini terus berkembang dan kemudian diwariskan kepada anak cucu Sanpirngad. Salah satu keturunannya, H. Tohirin, turut mengembangkan usaha ini menjadi lebih besar dan dikenal luas. Toko “Getuk Goreng Asli H. Tohirin” yang berdiri di Sokaraja menjadi salah satu pusat oleh-oleh khas Banyumas yang masih bertahan hingga kini.
Keistimewaan getuk goreng buatan keluarga Sanpirngad ini terletak pada penggunaan bahan alami. Singkong segar, gula merah asli, dan tanpa pengawet menjadi jaminan rasa otentik yang membuatnya tetap digemari hingga generasi sekarang.
Tak hanya menjadi sajian lokal, getuk goreng kini dipasarkan secara daring oleh para pelaku UMKM Sokaraja. Ini membuktikan bahwa warisan kuliner tradisional mampu beradaptasi dan bertahan di tengah perubahan zaman.
Simbol Ketekunan dan Identitas Budaya
Getuk goreng bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang semangat dan daya juang masyarakat Banyumas. Dari keterbatasan bahan dan situasi ekonomi yang sulit di masa penjajahan, muncul kreasi yang justru menjadi ikon daerah. Camilan ini kini menjadi bagian dari identitas budaya Banyumas, memperkenalkan daerah ini ke berbagai pelosok Nusantara.
Cerita tentang Pak Sanpirngad juga memberikan pelajaran bahwa inovasi bisa muncul dari kondisi terdesak, dan dengan ketekunan serta kesederhanaan, sesuatu yang kecil bisa menjadi besar dan berarti bagi banyak orang.
Kini getuk goreng menjelma menjadi warisan kuliner yang terus dikenang dan dinikmati lintas generasi. Inovasi Pak Sanpirngad telah membuktikan bahwa rasa lokal yang dijaga dengan sepenuh hati mampu bertahan hingga sekarang. Ketika Anda mencicipi getuk goreng hari ini, sejatinya Anda juga menikmati sepotong kisah sejarah dari Banyumas yang manis dan menginspirasi.