SERAYUNEWS – Presiden Jokowi memanggil para relawan ke Istana Kepresidenan Jakarta. Dia menjamu para pendukungnya dalam acara buka puasa bersama pada Senin (1/4/2024).
Dalam acara tersebut, mereka membahas soal rekonsiliasi pasca Pilpres. Ketua Umum Jokowi Mania yang kini berubah menjadi Prabowo Mania 08, Immanuel Ebenezer, mengemukakan hal itu setelah agenda bukber usai.
“Atmosfirnya baguslah ya, banyak hal yang positif. Tadi saya sampaikan awal bahwa Presiden banyak diskusi dan banyak juga masukan-masukan kawan-kawan. Apalagi, semua relawan ada tawaran terkait rekonsiliasi biar tidak lagi terjadi polarisasi seperti 2019,” katanya.
Sebanyak 30 kelompok relawan pendukung Jokowi sejak 2014 dan 2019 mendapat undangan dalam acara ini, termasuk Projo, Samawi, hingga Bara JP.
Keberhasilan Jokowi mendapatkan kursi kepemimpinan nasional pada 2014 dan 2019 memang banyak didukung oleh kerja para relawan politik. Tanpa disadari, relawan sudah menjadi entitas politik menyeupai partai politik.
Pada masa awal reformasi 1998, relawan bermakna sebagai kelompok nonpartisan, tidak berafiliasi dengan peserta pemilu, dan bekerja mengajak masyarakat untuk berpartisipasi mewujudkan pemilu demokratis. Kini, konsep relawan digunakan oleh kandidat dalam pemilu untuk menggalang dukungan sukarela di luar struktur partai.
Makna aslinya, relawan bekerja dengan hati dan melakukan aktivitas berdasarkan panggilan moral. Jiwa para relawan dapat menjadi aspek kunci dari masyarakat sipil dalam upaya pelembagaan demokrasi yang lebih partisipatoris (Bekkers 2005; Becker dan Dhingra, 2001).
Namun, ternyata relawan politik punya irisan dengan partai politik dan kontestan politik untuk aksi pemenangan. Relawan bergeser makna hanya sebagai tim sukses saja.
Sebagai tim sukses, maka berlaku dalil tidak ada makan siang yang gratis. Coba kita lihat fakta ada menteri dan banyak komisaris BUMN yang memiliki background atau berasal dari relawan dan juga jabatan-jabatan strategis lainnya.
Kesuksesan Jokowi merawat relawan kemudian diikuti oleh banyak tokoh politik. Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Muhaimin Iskandar, Airlangga Hartarto, Erick Thohir, maupun Sandiaga Uno. Semua tokoh ini masing-masing punya kelompok relawan.
Titi Anggraini, Direktur Eksekutif Perludem, mengungkap perbedaan relawan politik di Indononesia dengan Amerika.
“Relawan terorganisir di Amerika biasanya tidak berkomunikasi dengan kandidat, sementara di Indonesia ada komunikasi yang intens antara relawan dengan kandidat,” kata Titi (20/4/2016).
Di Indonesia, relawan tidak hanya berkomunikasi,tetapi juga membangunan komitmen. Di acara buka bersama tersebut, Immanuel Ebenezer, mengingatkan Prabowo akan jasa relawan.
“Untuk sementara, saya tidak minta jabatan. Untuk sementara, belum ada tawaran. Tapi semoga apa yang kita perjuangkan itu bisa menjadi perhatian khusus bagaimana pun sama kayak halnya Pak Jokowi. Kami berharap juga Pak Prabowo ke depan ketika memimpin, tidak melupakan peran relawan.”
Semakin jelas pergeseran makna relawan, bukan lagi semangat volunteer para elit relawan, tetapi lebih kepada perilaku avonturir politik.*** (O Gozali)