SERAYUNEWS – Umat Katolik di seluruh dunia tengah berduka. Pasalnya, Paus Fransiskus dinyatakan meninggal dunia pada usia 88 tahun di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan pada tanggal 21 April 2025. Untuk mendoakan sang Paus, gereja Katedral Kristus Raja Purwokerto menggelar doa rosario dan misa Intensi khusus, Selasa (22/4/2025) sore.
Uskup Purwokerto, Monsignor (Mgr) Christophorus Tri Harsono mengungkapkan bahwa misa tersebut dilakukan secara spontanitas, setelah adanya informasi wafatnya Paus Fransiskus. Sehingga sebagai umat Katolik dan satu keuskupan, pihaknya menyiapkan misa di setiap paroki yakni satu kali misa dan satu kali rosario.
“Sekarang ini tujuannya untuk Intensi untuk arwah Bapa Paus bahagia saya yakin juga, dengan juga telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, paripurna dengan baik sekali. Lalu kami dari Kuria, dari tim Katedral untuk memberi dan mengajak memberi contoh dengan ekaristi ini untuk keuskupan atau paroki paroki yang lain sehingga dapat mengikuti itu semua,” kata dia.
Banyak hal yang membuat Bapa Uskup berkesan dengan sosok Paus Fransikus, serta banyak hal yang dia pelajari. Seperti beberapa kutipan-kutipan menarik yang menurutnya membuatnya terkesan. “Seperti yang digarisbawahi Bapa Paus setiap yang didoakan itu sebenarnya kembali minta didoakan kembali, jadi saling mendoakan. Kalau kita memberi berkat sebenarnya kita itu minta juga didoakan, kita memberi doa kita juga minta didoakan. Jadi saling berdoa inilah sebetulnya kombinasi yang bagus untuk tuhan tetapi juga sekali lagi untuk pelayanan sesama,” ujarnya.
Beberapa kesempatan Uskup Purwokerto bertemu dengan Paus, dirinya mengaku bahwa Paus merupakan sosok yang rendah hati hingga mempunyai kesan humoris. Sehingga tidak ada rasa takut ataupun canggung ketika bertemu dengan dirinya.
“Sebetulnya sudah lama semenjak saya jadi uskup saya bertemu beberapa kali di Roma. Beliau benar-benar terkesan suka humor sebenarnya, dan juga nyaman tidak perlu takut harus bertemu pimpinan, luar biasa kerendahan hati dan murah hatinya. Tidak ada batas, tidak ada jarak antara pemimpin dan siapapun, apalagi yang paling membutuhkan pertolongan atau mungkin juga dia yang selalu bisa mencapai ke sana,” kata dia.
Kemudian dia juga masih ingat dengan pertemuan saat dirinya hendak menjadi Uskup dan menjalani kursus dua minggu di Roma untuk mempelajari hukum-hukum gereja. “Kita dikasih kesempatan dua minggu luar biasa, pagi, siang, sore, malam kita berdiskusi terus menerus, lalu kita selalu ketemu dengan Paus, sesudahnya misa dengan Paus bersama-sama dan seterusnya. Kita ada komunikasi dan selalu tertawa, selalu ajakan humor, guyon, luar biasa. Tidak merasa cemas, sekian lama berbicara soal hukum, tetapi besama Paus enak,” ujarnya.
Ada tiga hal yang Bapa Uskup Purwokerto puji dari sosok Sang Paus, yakni tidak pernah menghakimi orang, siapapun agama maupun keyakinannya. Kemudian, apa yang ditulis di dalam bukunya adalah perbuatan teladannya dan tidak pernah mengatakan sesuai yang sebetulnya tidak pernah dilakukan. “Ketiga kesederhanaannya, kesederhanaan tidak hanya soal materi, tetapi kesederhanaan kepemimpinan,” katanya.