SERAYUNEWS- Kekurangan air akibat kemarau panjang, membuat petani di wilayah Kalibening terutama di Blok Sindu Banjarnegara terancam gagal panen.
Saat ini, beberapa petani gagal tanam karena air Sungai Brukah tidak dapat mengalir hingga ke sawah mereka.
Petani blok Sindu, Noto mengatakan, bibit padi yang sudah tertanam terpaksa di biarkan. Sementara yang belum tertanam, terpaksa di batalkan karena tidak memungkinkan akan mendapat suplai air.
“Terpaksa saya hentikan tanam, karena tidak mungkin dapat air. Padahal, kemarau sebelumnya lahan kami masih dapat suplai air karena aliran Sungai Brukah tetap lancar,” katanya, Senin (4/9/2023).
Petani lainnya, Martono mengatakan, dia saat ini juga berharap agar hujan segera turun sehingga air Sungai Brukah kembali mengalir.
Pasalnya, sawah yang sedang di garapnya juga belum ada kepastian apakah akan dapat suplai air atau tidak.
“Tadi pagi, air masih sampai ke sawah. Siang ini, air sudah tidak ada. Tidak hanya saya, hampir semua petani Sindu bisa di pastikan gagal tanam,” katanya.
Jika petani yang agak mampu, kata dia, bisa sewa mesin pompa air untuk menaikkan air sungai ke sawah. Namun, tidak semua petani mampu dan mau patungan sewa mesin pompa karena akan makin menambah biaya tanam.
Harsono, petani lainnya mengatakan, dia terpaksa beralih menanam tanaman sayuran yang tidak memerlukan banyak air.
“Saya tetap harus keluar biaya tambahan, untuk sewa mesin pompa air agar bisa menarik air dari sungai ke lahan. Debit air Sungai Brukah, sudah sangat kecil,” katanya.
Kondisi pertanian di blok Sindu, di benarkan Heri Misanto, Kordinator Balai Penyuluh Pertanian Kalibening. Debit air Sungai Brukah sudah sangat berkurang, berakibat banyak petani gagal tanam.
“Saat ini, masih kami data kondisinya,” katanya.
Sementara itu, akibat cuaca ekstrem hingga embun es di wilayah Dieng, tercatat seluas 20 hektar tanaman kentang rusak bahkan mati. Hal tersebut di sampaikan Sudi Purnomo, koordinator penyuluh pertanian kecamatan Batur, Senin (4/9/2023).