SERAYUNEWS- Warga di wilayah Kota Purwokerto serta sejumlah wilayah Jawa Tengah, dalam beberapa hari terakhir merasakan suhu udara yang terasa lebih panas dari biasanya.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena ini terjadi karena kombinasi sejumlah faktor, mulai dari minimnya tutupan awan, peningkatan radiasi matahari, hingga masa pancaroba yang sedang berlangsung di sebagian besar wilayah Indonesia.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut penyebab pertama cuaca panas yang ekstrem belakangan ini adalah minimnya tutupan awan. Kondisi ini membuat sinar matahari langsung menembus tanpa hambatan hingga ke permukaan bumi.
“Kenapa terasa makin panas? Pertama, minim tutupan awan, sinar matahari langsung menembus tanpa hambatan,” ujar Dwikorita kepada wartawan.
Dengan langit yang cenderung cerah tanpa awan pelindung, radiasi sinar matahari menjadi lebih kuat dan menyebabkan suhu di permukaan tanah, termasuk di Purwokerto, terasa lebih tinggi dari biasanya.
Selain faktor awan, Dwikorita menjelaskan bahwa radiasi matahari meningkat signifikan, terutama di wilayah daratan seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Kondisi ini membuat wilayah-wilayah tersebut lebih cepat menyerap panas dan lambat melepaskannya.
“(Kedua), radiasi matahari meningkat, terutama di wilayah daratan seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara,” lanjutnya.
BMKG juga menegaskan bahwa Indonesia saat ini tengah berada dalam masa pancaroba, yakni peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan. Masa ini biasanya ditandai dengan kondisi cuaca yang tidak stabil panas terik di siang hari, diselingi potensi hujan lokal di sore atau malam hari.
“Indonesia juga saat ini tengah berada dalam masa pancaroba, yakni peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Hal ini kerap ditandai dengan cuaca yang tak menentu,” kata Dwikorita.
BMKG juga memprediksi bahwa fenomena La Niña lemah akan berlangsung dari Oktober 2025 hingga Januari 2026. Dampaknya, curah hujan di sejumlah wilayah Indonesia akan meningkat secara bertahap, termasuk di Jawa Tengah.
“Prediksi hujan meningkat, mulai November hingga Januari, terutama di wilayah dengan suhu laut hangat yang bisa memicu peningkatan curah hujan,” tutur Dwikorita.
Dengan kata lain, panas ekstrem yang terjadi saat ini bersifat sementara dan diperkirakan akan mereda menjelang akhir Oktober.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menambahkan bahwa faktor lain yang memperkuat cuaca panas adalah pergeseran posisi matahari ke arah selatan.
Fenomena tahunan ini menyebabkan wilayah selatan Indonesia, termasuk Jawa Tengah, menerima paparan sinar matahari lebih langsung.
“Saat ini kenapa terlihat sangat panas? Karena di sisi selatan, matahari sekarang itu sudah bergeser ke posisi selatan wilayah Indonesia,” jelas Guswanto di Jakarta, Senin (13/10/2025).
Perpindahan posisi semu matahari ini adalah fenomena alami yang terjadi setiap tahun saat matahari bergerak dari utara ke selatan bumi, menyebabkan wilayah Indonesia bagian selatan mengalami suhu yang lebih tinggi.
Berdasarkan pantauan BMKG, suhu udara siang hari ini seperti di wilayah Purwokerto Selatan mencapai sekitar 24–30°C, dengan kelembapan udara berkisar antara 70–94%.
Wilayah Purwokerto Barat, Purwokerto Timur dan Purwokerto Utara suhu udara siang hari ini mencapai sekitar 24–29°C, dengan kelembapan udara berkisar antara 70–93%.
Untuk wilayah Purwokerto, suhu udara siang hari ini seperti di wilayah Wangon, Jatilawang, Rawalo mencapai sekitar 24–31°C, dengan kelembapan udara berkisar antara 72–96%.
Meskipun suhu tersebut masih tergolong normal untuk musim pancaroba, kombinasi kelembapan tinggi dan radiasi matahari yang intens membuat panas terasa lebih menyengat di kulit.
BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap efek paparan panas berlebih dan menjaga kesehatan selama kondisi ini berlangsung. Berikut beberapa langkah yang disarankan:
⦁ Hindari aktivitas luar ruangan pada pukul 10.00–15.00.
⦁ Gunakan pelindung seperti topi, payung, atau sunblock saat beraktivitas di luar.
⦁ Konsumsi air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
⦁ Gunakan pakaian longgar dan berbahan adem.
⦁ Pantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi BMKG.
BMKG memperkirakan bahwa kondisi panas ekstrem yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Purwokerto, akan berangsur mereda pada akhir Oktober 2025, seiring dengan mulai meningkatnya curah hujan akibat pengaruh La Niña lemah.
Cuaca panas di Purwokerto hari ini bukanlah fenomena aneh, melainkan hasil dari kombinasi beberapa faktor alamiah: minimnya awan, peningkatan radiasi matahari, masa pancaroba, dan pergeseran matahari ke selatan.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang, menjaga kesehatan, dan menyesuaikan aktivitas agar terhindar dari dampak paparan panas yang berlebihan.