SERAYUNEWS – Ada aturan sekolah yang diterapkan untuk mendisplinkan para siswa. Salah satunya siswa laki-laki tidak boleh gondrong.
Apakah ada alasan yang jelas kenapa tidak boleh gondrong? Bahkan, pihak sekolah baik guru, pengurus OSIS juga menjalankan razia di sekolah. Salah satunya razia rambut gondrong.
Razia yang dilakukan sebagai upaya menegakkan disiplin, tanggung jawab para siswa. Penampilan siswa juga terlihat lebih rapi. Kegiatan razia yang dilakukan juga menjadi pengingat agar siswa tidak melakukan pelanggaran yang mengakibatkan sanksi maupun hukuman.
Aturan soal rambut menjadi salah satu hal turut menyita perhatian. Bahkan, hal ini sampai menjadi kontroversi. Larangan gaya rambut gondrong bagi siswa laki-laki menjadi topik kontroversial yang masih ada sampai sekarang.
Aturan soal rambut tidak boleh gondrong bukanlah fenomena yang baru. Ada yang cukup menerima dan mengikuti aturan yang berlaku. Namun, ada juga yang masih penasaran mengapa tidak boleh gondrong.
Sampai ada yang bertanya-tanya apa urusannya rambut dan pelajaran. Lagi pula siswa perempuan juga boleh memiliki rambut panjang. Ada sejarah yang menjadi alasan larangan gaya rambut siswa laki-laki di sekolah.
Rupanya ada latar belakang terkait larangan itu. Para era 1970-an di Indonesia, Jenderal Soemitro mengeluarkan larangan rambut gondrong untuk tentara dan keluarganya.
Larangan itu menjadi meluas ke seluruh masyarakat sehingga masih diterapkan sampai sekarang. Doktrin yang berkembang itu membuat asumsi bahwa rambut gondrong identik dengan perilaku kurang teratur, tidak patuh. Selain itu, dianggap juga meniru gaya hidup penjajah.
Larangan terkait rambut gondrong itu lantas diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian menciptakan suasana sekolah di mana seorang guru dan para siswa berpenampilan rapi.
Ada aturan siswa laki-laki dilarang gondrong. Ada razia yang dilakukan untuk memberikan teguran kepada siswa laki-laki yang berambut gondrong. Tidak hanya sampai situ, ada sanksi tegas yang diberikan guru seperti menggunting rambut siswa.
Peraturan sekolah itu dianggap memberatkan para siswa yang merasa perlu kebebasan berekspresi, memiliki kualitas dan kecerdasan yang unggul tanpa terbebani urusan peraturan yang terkadang tidak masuk akal.
Aturan ini memang menjadi pro kontra di sekolah maupun di kalangan masyarakat. Guru, pihak sekolah, orang tua, maupun siswa memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai peraturan siswa tidak boleh gondrong.
Peraturan ini bisa diterima menjadi bagian dari sikap disiplin sekolah dan siswa. Namun, berkaitan dengan kebebasan berekspresi siswa menjadi salah satu hal yang perlu dipertimbangkan.
Ada sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi yang membebaskan peserta didik memperbolehkan siswa laki-laki memiliki rambut gondrong. Hal ini sebagai bentuk kebebasan berekspresi maupun tanggung jawab dari siswa.
Setiap siswa memiliki potensi serta bakat masing-masing yang menjadi salah satu keunikan. Semua itu kembali pada peraturan sekolah.
Demikian ulasan kenapa siswa laki-laki tidak boleh gondrong. Hal ini bisa menjadi bahan renungan sekaligus cara seorang siswa menghadapi situasi yang ada di sekolah.
***