Kepala Dinas Lingkungan Hidup Cilacap Awaluddin Muuri menyampaikan, pengembangan kawasan eco edupark TPST RDF Jeruklegi Cilacap, saat ini telah disusun rencana Detail Engineering Design (DED). Adapun anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 22 miliar.
“Adanya RDF, tidak ada (sampah) yang tersisa sama sekali kecuali air lindi. Sehingga TPST yang luasnya mencapai 6,3 hektar jadinya mati. Pemkab Cilacap berpikir menjadikan itu eko edupark”, ujarnya.
Dijelaskan, eko edupark dibangun untuk mengisi kekosongan lahan TPST RDF. Sejumlah fasilitas yang akan dibangun antara lain taman budaya yang dilengkapi keanekaragaman hayati dan lengkap dengan fasilitas kantin.
Pengembangan kawasan eco edupark ini berjalan seiring peningkatan kapasitas produksi RDF. Dari semula 120 ton per hari sejak dibuka pada Agustus 2020, rencananya kapasitas RDF akan terus ditingkatkan hingga 200 ton per hari.
Nantinya sampah yang diolah tidak hanya berasal dari Kota Cilacap, tetapi juga sampah dari distrik di sekitarya yakni Kroya dan Sidareja. Untuk mendukung peningkatan tersebut, DLH membutuhkan tambahan truk sampah dan amrol masing-masing sebanyak 10 unit.
“Saat ini kita ada 40 truk, tetapi 15 unit diantaranya sudah tua. Di DAK tahun ini ada bantuan dari pusat 2 unit truk amrol, tapi kabarnya ada refocusing. Harapan kami semoga tidak (direfocusing) syukur-syukur ditambah”, jelasnya.
Adapun jumlah 40 truk sampah saat ini yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup belum sepenuhnya bisa mengcover daya angkut dari tiga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di luar Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Refuse Derived Fuel (TPST RDF) Tritih Lor. Padahal nantinya secara kebutuhan pengolahan sampah di fasilitas RDF membutuhkan sampah hingga 200 ton perhari
Sebelumnya, TPST Jeruklegi juga mendapat bantuan dua unit alat berat dari Kementerian PUPR dan KLHK. Dibutuhkan setidaknya satu unit alat berat lagi, untuk mengantisipasi apabila peralatan yang ada mengalami kendala. Sebab bila tidak, operasional RDF akan terhenti.
Jika dihitung dari jumlah produksi sampah di Kabupaten Cilacap, menurut Awaluddin dalam satu hari TPST RDF Tritih Lor mampu menampung kapasitas hingga 140 ton, TPA Kroya 25 ton, TPA Kunci Sidareja 17 ton dan TPA Malabar Majenang 25 ton.
Sementara ini, untuk pemenuhan pengolahan sampah fasilitas RDF, selain diambil dari distrik Cilacap dan sekitarnya, baru sampah dari TPA Kroya yang bisa diangkut. Sedangkan dua TPA lain belum masuk ke TPST RDF karena terkendala armada.
“Harapannya nanti secara bertahap pengolahan sampah hingga tahun 2025 di TPST RDF meningkat kapasitasnya hingga 200 ton, sehingga bisa disuplay dari luar tritih, didukung kerjasama antara Pemkab Cilacap dan Unilever, untuk pemberdayaan SDM, hingga penambahan alat di dalamnya termasuk penambahan truk pengangkut sampah,” jelasnya.
Perlu diketahui, TPST RDF Jeruklegi merupakan pilot project pertama di Indonesia. Sistem ini menjadi harapan baru untuk mengatasi persoalan sampah yang menjadi permasalahan di berbagai wilayah. Untuk mencapai kapasitas produksi 200 ton per hari, menurutnya, diperlukan tambahan fasilitas bio drying.
“Untuk bio dryng kita baru ada 9 sekat. Pemkab Cilacap telah menyiapkan lahan seluas 3 hektar untuk bio drying dan baru terpakai 1,5 hektar. Agar mampu memenuhi kapasitas produksi 200 ton, perlu tambahan bio dryng,” terangnya.