SERAYUNEWS – Kisah Bupati Pertama Banyumas yaitu Raden Djaka Kahiman atau Joko Kaiman mengemuka dari informasi yang dihimpun dari keluarga dan silsilahnya.
Raden Joko Kaiman memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Banyumas. Sebelumnya, makam Raden Joko Kaiman dirawat oleh mendiang ayah Sarikin selama hampir 50 tahun. Selama periode ini, makamnya tidak pemerintah Kabupaten Banyumas ketahui.
Pada tahun 1978, pada masa pemerintahan Kol. Inf. R. G. Rudjito, terjadi pemugaran makam Raden Joko Kaiman. Pemugaran ini konon menggunakan dana pribadi bupati, bukan dari anggaran pemerintah, dengan total dana lima juta rupiah pada masa itu.
Silsilah Raden Joko Kaiman adalah beliau berasal dari jalur kakek Raden Aryo Baribin yang berasal dari kerajaan Majapahit dan nenek Ny. Retno Pamekas dari kerajaan Pajajaran.
Dari pernikahan mereka, Raden Aryo Baribin dan Ny. Retno Pamekas memiliki empat anak, salah satunya adalah ayah Raden Djaka Kahiman, Raden Banyak Sosro. Sayangnya, ayah Raden Joko Kaiman meninggal saat beliau masih kecil, hingga bibinya yang mengasuh.
Pada saat Ny. Roro Aisyah dan Kiai Sambarata asuh, Raden Joko Kaiman mendapatkan pendidikan agama dan ketatanegaraan.
Setelah merasa ilmunya cukup, beliau memutuskan untuk mengadu nasib. Perjalanan panjang membawanya ke kadipaten Wirasaba di Kabupaten Purbalingga.
Di Wirasaba, keberuntungan Raden Joko Kaiman berubah ketika pada suatu malam, tubuhnya memancarkan cahaya terang yang menjadi perhatian Adipati Wirasaba.
Kejadian ini membawa Raden Joko Kaiman menjadi menantu Adipati Wirasaba setelah dijodohkan dengan putri Adipati, Roro Ayu Kartimah.
Namun, perjalanan hidup Raden Joko Kaiman tidak berjalan mulus. Konflik antara Adipati Wirasaba dan Demang Toyareka di Pajang membuatnya menghadapi ujian berat.
Meski akhirnya terungkap bahwa Adipati Wirasaba tidak bersalah, pahitnya pengalaman tersebut membuatnya memberikan larangan bagi anak cucu Banyumas.
Adipati Wirasaba kemudian mengutus Raden Joko Kaiman untuk menghadap Sultan Pajang. Keputusan Sultan memberi Raden Djaka Kahiman gelar Kanjeng Adipati Wargo Utomo II dan tugas untuk menjadi Adipati di Wirasaba, membagi wilayah menjadi empat bagian.
Keputusan Raden Joko Kaiman untuk membagi wilayahnya menunjukkan akhlak mulianya. Meski diberi hadiah oleh Sultan Pajang, beliau memilih berbagi dengan keluarga.
Keberhasilan Raden Joko Kaiman di masa pemerintahannya menciptakan kedamaian, ketaatan, dan penghargaan terhadap rakyat kecil.
Bertahun-tahun setelah menjadi Adipati, ia pun kembali ke Kejawar. Di sana, beliau memulai kembali dengan membuka lahan dan membangun rumah bersama para pengikutnya.
Kejadian unik dengan kayu hanyut berwarna kuning keemasan membuat Raden Joko Kaiman memilihnya sebagai simbol Banyumas.
Seiring berjalannya waktu, Raden Joko Kaiman wafat. Namun, tanggal lahir dan wafatnya belum tercatat dengan pasti. Hingga sekarang, belum ada informasi yang akurat mengenai tanggal tersebut.
Sementara itu, perkiraan menunjukkan bahwa Raden Djaka Kahiman menjadi Adipati pertama Banyumas pada abad ke-16, sekitar tahun 1571 M.
Babad Banyumas mencatat antara tanggal 22 Februari 1571 dan 6 April 1582 sebagai hari jadi kabupaten Banyumas. Meski terdapat berbagai versi, Museum Kalibening Dawuhan memberikan referensi pada kitab kuno sebagai sumber yang lebih akurat, menetapkan tanggal 22 Februari 1571 sebagai hari jadi Banyumas.
Dengan demikian, sejarah Bupati Banyumas yang kaya akan peristiwa dan nilai-nilai luhurnya tetap menjadi inspirasi bagi masyarakat Banyumas hingga saat ini. ***