SERAYUNEWS – Sugiarti, warga Bantarsoka Purwokerto Barat ini, sekarang menjadi salah satu perajin kain ecoprint Banyumas yang ternama. Produknya tidak hanya terjual di wilayah lokal dan regional saja, tapi sudah menembus pasar mancanegara.
Siapa sangka, kemampuannya membuat ecoprint berawal dari iseng belajar lewat kanal YouTube saja. Tidak selalu mulus, kegagalan demi kegagalan juga pernah dia alami.
“Awalnya belajar sendiri, lihat video di YouTube,” kata dia, Sabtu (06/07/2024).
Sugiarti pertama kali belajar ecoprint sekitar tahun 2018 silam. Niat belajar teknik ecoprint, muncul saat dia menekuni dunia jahit menjahit pakaian. Saat itu, ada pelanggannya yang meminta pakaian berbahan ecoprint.
Dia mengaku bingung pada saat itu, karena sama sekali tidak mengenal apa itu ecoprint. Dia anggap sebagai tantangan, hingga dia berusaha belajar untuk mengembangkan kemampuan.
“Awal dari YouTube, kemudian menemukan kelas berbayar untuk belajar ecoprint secara daring,” ujarnya.
Ada sekitar 100 percobaan yang dia lakukan, tapi hasilnya belum juga sempurna. Ternyata teknik ecoprint itu, tidak semudah yang dia bayangkan.
“Dari kelas berbayar itu, lama kelamaan bisa jadi bagus karena mendapat pendampingan (online) dari mentor. Setiap motif dan bahan, bisa beda tekniknya,” ujarnya.
Sekitar tiga tahun mendalami ilmu ecoprint, akhirnya lulusan SMK jurusan tata busana itu, mahir membuat kain ecoprint. Karyanya mulai banyak yang suka, hingga ramai pesanan.
Dia juga mulai memberikan pelatihan, memberdayakan ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya. Sampai saat ini, ada enam orang yang membantunya. Baik untuk produksi ecoprint, maupun untuk menjahit.
“Mulai bikin tidak hanya kain, tapi juga jual dalam bentuk kemeja, syal, kerudung, dan lainnya. Bahannya juga tidak hanya kain katun, tapi sekarang ada juga kain sutra,” katanya.
Meski sudah cukup terkenal dan ramai pembeli, Sugiarti tetap rajin mengikuti acara pameran-pameran. Baik level kabupaten, regional, sampai nasional. Dia juga memanfaatkan teknologi dalam penjualannya.
Dia mengaku lebih sering menjual di market place, termasuk melalui sosial media. Produksinya kini tembus ke pasar internasional. Beberapa negara yang pernah memesan produk ecoprint buatannya, yakni Hongkong, Macau, dan Jerman.
“Paling baru itu Jerman, saya mendapat pesanan membuat syal,” ujarnya.
Sugiarti ini telah menikmati buah dari jerih payahnya mendalami teknik ecoprint. Hasil penjualan karyanya, kini bisa untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam satu bulan omzetnya bisa mencapai puluhan juta Rupiah.
“Harga mulai dari Rp 250 ribu, sampai pernah ada yang terjual Rp 1,8 juta. Kalau rata-rata satu bulan ada di angka puluhan juta,” kata dia.