Purbalingga, serayunews.com
Sekitar tujuh tahun silam, nama Kabupaten Purbalingga cukup melejit. Tak hanya di level regional, bahkan sampai Nasional. Nama daerah dan perekonomian warga, terangkat berkat batu Sungai Klawing.
Sungai Klawing merupakan sungai besar di kota Perwira ini. Berhulu di Gunung Slamet, mengalir membelah wilayah Purbalingga, dan bermuara di sisi selatan bertemu dengan Sungai Serayu.
Sungai Klawing menyimpan banyak potensi, di antaranya jenis bebatuannya seperti Jasper, Crystal Quartz, Hematite, dan Vitrine. Batuan tersebut memiliki keunikan corak warna dan motif yang beragam.
Sekitar tahun 2015-2016, aliran Sungai Klawing banyak didatangi pemburu baru akik dari luar kota. Masyarakat lokal yang turut demam akik pun kecipratan rejekinya. Baik yang menjadi pemburu di kali-kali atau mereka yang menjadi perajin.
Harganya pun cukup fantastis. Mulai dari yang puluhan ribu, ratusan, sampai jutaan untuk batu yang sudah terbentuk.
Seiring Pandemi Covid-19 yang mulai mereda, perekonomian juga mulai merangkak naik. Event Klawing Gems Copetition Tahun 2022 bertujuan untuk mendongkrak kembali kejayaan Akik Klawing.
Ketua Forum Klawing Bersatu, Fauzi Imron mengatakan, kontes batu Klawing ini tingkat nasional. Diikuti para pecinta batu akik berbagai di penjuru Indonesia. Ia berharap, bupati bisa kembali memberi perhatian bagi para pengrajin batu akik di Purbalingga.
“Harapan kami dari Komunitas Klawing Bersatu yang terdiri dari para pecinta batu Klawing di Purbalingga yang jumlahnya 250 orang perajin akik, untuk mendapatkan bimbingan dan bantuan dalam hal marketing,” katanya, Kamis sore.
Menurut Imron, sejatinya insan perbatuan Klawing ini masih ada dan masih eksis. Meskipun secara umum perbatuan di Indonesia, sedang mati suri. Melalui kontes ini diharapkan bisa kembali menggeliatkan dunia akik, khususnya asal Klawing.
Event ini terdiri dari kontes batu akik nasional, bursa batu akik Purbalingga, Bazar UMKM, Saresehan batu akik, dan Gempur Rokok Ilegal.
Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi yang berkesempatan membuka event tersebut, menyadari bahwa pecinta batu akik masih banyak. Melihat animo peserta yang tinggi, Pemkab sangat mendukung untuk dijadikan agenda rutin tahunan.
“Jadi ini sangat luar biasa eventnya, apapun tadi yang dikatakan ketua forum bahwa ini bisa menjadi event nasional. Ini baru kegiatan yang kita start di awal setelah masa Pandemi Covid-19. Mudah-mudahan nanti dalam kondisi yang stabil, bisa kita rutin kan kegiatan seperti ini,” kata Tiwi.
Tiwi mengakui, bahwa potensi ini perlu didorong untuk mengungkit perekonomian masyarakat Purbalingga. Maka keindahan batu akik dari Sungai Klawing Purbalingga yang sempat populer untuk kembali diperkenalkan secara nasional.
“Saya mendapati laporan dari Owabong bahwa dengan adanya event ini, ternyata meningkatkan kunjungan menginap di Hotel Owabong. Jadi ini tidak sekadar event, tapi juga telah berdampak mengungkit perekonomian,” katanya.