SERAYUNEWS – Etawalin Dieng Run 2024 bukan sekadar ajang olahraga yang menawarkan sensasi lari di ketinggian Dieng yang eksotis, tetapi juga membawa para peserta dan pengunjung lebih dekat dengan kekayaan budaya lokal melalui beragam pementasan seni tradisional yang mengesankan.
Tahun ini, Dieng Run yang diselenggarakan pada 12 dan 13 Oktober 2024 di Dieng Kulon, Banjarnegara menjadi lebih istimewa dengan hadirnya tema “Warisan Budaya di Setiap Langkah” yang menciptakan pengalaman unik dan bermakna bagi setiap orang yang hadir.
Pada Sabtu, 12 Oktober 2024, hari pertama rangkaian acara Etawalin Dieng Run 2024 diawali dengan Senam Massal Berhadiah yang penuh semangat di Lapangan Pandawa Dieng Kulon.
Para peserta dari berbagai daerah turut serta dalam aktivitas ini sebagai pemanasan sebelum acara utama dimulai.
Setelah itu, para pengunjung disuguhi pertunjukan seni yang mengesankan dengan sentuhan budaya khas Dieng dan daerah sekitarnya, seperti:
Pertunjukan kesenian ini tidak hanya menyemarakkan acara lari, tetapi juga memperkaya pengalaman para peserta dan penonton dengan warisan budaya yang telah turun-temurun dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Dieng dan sekitarnya.
Tari Topeng, Warok, Jaran Kepang, Rangda, dan Cendrawasih Simbol Kekayaan Budaya Lokal
Di tengah udara sejuk khas dataran tinggi Dieng yang diselimuti kabut tipis, pementasan Tari Topeng dari Sanggar Yatnan Sari menjadi salah satu sorotan utama di hari pertama acara.
Iringan gamelan yang mengalun dengan lembut menciptakan suasana yang khidmat dan magis. Para penari mengenakan kostum tradisional dengan corak budaya Dieng.
Sementara topeng yang mereka kenakan menyiratkan ekspresi mendalam yang terkait dengan tema cerita yang dibawakan.
Gerakan para penari yang anggun dan penuh makna menyampaikan kisah-kisah rakyat serta pesan moral yang terkandung dalam setiap tarian. Tari Topeng ini menjadi simbol keindahan budaya tradisional yang terus dijaga oleh generasi penerus.
Malamnya, suasana semakin hidup dengan penampilan Warok, Jaran Kepang, Rangda, dan Cendrawasih dari Rayon Sindoro Sumbing.
Penonton disuguhi aksi-aksi spektakuler ketika para penari muncul di depan panggung.
Tarian ini merupakan simbol kekuatan, kebersamaan, dan semangat yang tak pernah pudar. Melalui gerakan-gerakan yang enerjik, tarian ini berhasil memukau setiap penonton yang hadir.
Penampilan ini tidak hanya menjadi hiburan bagi para pengunjung, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkenalkan kesenian tradisional kepada generasi muda serta para wisatawan yang datang dari luar daerah.
Menurut Cacik Gunarti, Event Director dari Etawalin Dieng Run 2024, tema “Warisan Budaya di Setiap Langkah” diusung untuk menonjolkan kekayaan lokal, bukan hanya dari aspek alam, tetapi juga seni dan budaya yang melekat pada masyarakat Dieng.
Dengan menggabungkan kegiatan olahraga dan pementasan seni tradisional, acara ini tidak hanya menjadi ajang olahraga biasa, tetapi juga platform untuk memperkenalkan budaya Dieng kepada peserta dari berbagai daerah.
“Melalui tema ‘Warisan Budaya Setiap Langkah’, kami ingin peserta merasakan pengalaman yang lebih dari sekadar lari. Setiap langkah mereka di acara ini tidak hanya memperkuat tubuh, tetapi juga mendekatkan mereka pada kearifan lokal Dieng. Pementasan kesenian tradisional ini merupakan wujud dari usaha kami untuk melestarikan seni dan budaya lokal, sekaligus memperkenalkannya ke kancah yang lebih luas,” ujar Cacik Gunarti.
Cacik juga menambahkan bahwa keberadaan produk-produk tradisional khas Dieng dalam acara ini menambah nuansa lokal yang kental, sehingga peserta dapat merasakan pengalaman yang lebih otentik dan mendalam.
Para peserta lari pun merasakan dampak dari perpaduan budaya dan olahraga ini. Salah satu peserta dari Semarang, Naela Khasanah misalnya, mengungkapkan kekagumannya terhadap konsep acara yang menyajikan tidak hanya olahraga tetapi juga kekayaan budaya.
“Saya terkesan dengan acara ini. Biasanya, acara lari hanya fokus saat racenya saja, tetapi di sini saya bisa merasakan kekayaan budaya Dieng,” ujarnya.
Banyak peserta lain yang juga menyampaikan hal serupa, mereka merasa bahwa acara ini memberikan sesuatu yang berbeda dan lebih bermakna dibandingkan dengan acara lari pada umumnya.
Mereka tidak hanya datang untuk berlari, tetapi juga membawa pulang pengalaman dan pengetahuan baru tentang budaya tradisional.
Etawalin Dieng Run 2024 tidak hanya menjadi ajang untuk menantang fisik melalui olahraga lari, tetapi juga menjadi sarana perayaan budaya yang berharga.
Di tengah kabut dan udara sejuk, pementasan seni tradisional ini sukses menciptakan suasana yang magis dan syarat makna. Memperkuat pesan bahwa budaya lokal tetap relevan dan patut dijaga di setiap kesempatan.
Dengan konsep acara yang memadukan olahraga dan warisan budaya, Etawalin Dieng Run 2024 berhasil menciptakan ruang bagi tradisi dan inovasi untuk beriringan.***