SERAYUNEWS – Harapan dan perubahan mulai tumbuh di balik jeruji besi Lapas Khusus Kelas IIA Karanganyar, Nusakambangan.
Tiga warga binaan pemasyarakatan (WBP) mengikuti sesi konseling intensif dengan pendekatan yang lebih manusiawi dan empatik.
Pada Rabu (30/7/2025), Lapas Karanganyar menggelar sesi konseling sebagai bagian dari program pembinaan kepribadian yang berkelanjutan.
Berbeda dari pendekatan kaku yang biasa ditemui, sesi ini berlangsung dalam suasana tertib, hangat, dan penuh empati.
Dua wali pemasyarakatan yang memimpin kegiatan tersebut telah memahami karakter serta latar belakang masing-masing narapidana. Pendekatan personal ini menjadi kunci utama terciptanya dialog yang bermakna.
“Kami tidak hanya bertugas untuk mengawasi, tetapi juga membimbing dan mendampingi. Melalui konseling ini, kami ingin warga binaan merasa didengar dan dibantu untuk menemukan arah baru dalam hidupnya,” ujar salah satu wali pemasyarakatan.
Meski berlangsung dalam lingkungan yang dijaga ketat, konseling tetap terasa aman dan nyaman. Anggota Tim Tanggap Darurat (TTD) Lapas Karanganyar turut mendampingi demi menjamin keamanan tanpa mengganggu suasana emosional positif yang dibangun.
Sesi konseling ini tidak hanya menjadi ruang curhat, tetapi juga sarana menggali potensi, memulihkan motivasi, dan membangun kembali kepercayaan diri para narapidana.
Kepala Lapas Karanganyar, Riko Purnama Candra, menegaskan bahwa konseling merupakan bagian penting dari upaya rehabilitasi menyeluruh yang dilakukan lembaganya.
“Kami percaya, setiap individu punya potensi untuk berubah. Konseling menjadi salah satu jembatan bagi warga binaan untuk memulai kembali dengan cara yang lebih baik,” ujarnya.
Pemasyarakatan Bukan Hanya Menghukum, Tapi Memberi Kesempatan Kedua
Dengan pendekatan yang lebih humanis, Lapas Karanganyar membuktikan bahwa pemasyarakatan tak melulu soal hukuman.
Lebih dari itu, mereka memberikan ruang bagi narapidana untuk memperbaiki diri dan kembali ke masyarakat dengan semangat baru.
Harapannya, program seperti ini terus dilanjutkan dan diperluas, menjadi titik balik bagi banyak warga binaan di Nusakambangan.