
SERAYUNEWS– Komunitas Patanjala bersama dengan masyarakat dan berbagai mitra, menggelar kegiatan konservasi mata air berbasis kearifan lokal di Desa Tanalum, Kecamatan Rembang, Purbalingga. Kegiatan yang dilaksanakan Minggu (7/12/2025) menitikberatkan pada pendekatan budaya dan kebersamaan untuk merawat sumber kehidupan.
Koordinator Komunitas Patanjala Teguh Pratomo mengatakan Kegiatan konservasi terbagi dalam dua aksi nyata. Pertama, penanaman pohon di area Mata Air Kedoya, Grumbul Lubang. Kedua, revitalisasi Sumber Mata Air Si Kopyah melalui pembuatan embung (penampung air) di Grumbul Tanalum. “Pemilihan jenis tanaman tidak hanya mempertimbangkan aspek ekologi untuk resapan air, tetapi juga nilai ekonomis bagi pemilik lahan,” terangnya.
Acara ini merupakan hasil kolaborasi sinergis antara Komunitas Patanjala, Pemerintah Desa (Pemdes) Tanalum, PPA Gasda, Komunitas Loka Kanta, dan Karang Taruna Harapan Bangsa. Turut hadir memberikan dukungan Dinas Kehutanan Provinsi Wilayah VII Banjarnegara serta Subeno sebagai perwakilan pemilik lahan yang dikonservasi.
Kegiatan di Desa Tanalum ini memiliki beberapa keunikan. Diantaranya konservasi di lahan privat. Semua sumber mata air yang dikonservasi berada di tanah milik warga. Pendekatan ini menuntut solusi cerdas di mana tanaman yang ditanam harus memiliki nilai ganda: pelindung ekosistem air dan penghasil ekonomi bagi pemiliknya.
“Juga mendorong kelahiran Komunitas Peduli. Aksi ini berhasil memantik bangkitnya kesadaran kolektif dengan munculnya Komunitas Loka Kanta, sebuah kelompok masyarakat desa yang berfokus pada penjagaan lingkungan dan konservasi sumber daya alam berkelanjutan,” tambahnya.
Selain itu esensi paling menonjol adalah menghidupkan kembali semangat gotong royong. Masyarakat bergerak bersama secara sukarela, membuktikan bahwa kekuatan budaya lokal adalah pondasi terkuat untuk aksi pelestarian lingkungan.
“Kami melihat antusiasme luar biasa. Ini bukan sekadar menanam pohon atau membuat embung, tapi lebih tentang menyambung kembali tali kebersamaan dan tanggung jawab kita terhadap alam warisan leluhur,” ujar Teguh Pratomo yang juga ketua Perkumpulan Pecinta Alam (PPA) Gasda.
Keberhasilan kegiatan ini menunjukkan bahwa model konservasi yang memadukan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial-budaya memiliki daya ungkit tinggi untuk melibatkan partisipasi langsung masyarakat. “Kami berharap langkah kecil di Tanalum ini dapat menginspirasi desa-desa lain untuk menjaga mata air dengan cara-cara yang sesuai dengan konteks lokal,” imbuhnya.