
SERAYUNEWS- Harga memori komputer (RAM) di Indonesia mengalami lonjakan besar dalam beberapa bulan terakhir. Kenaikan ini mencapai 300–400 persen, sehingga menekan minat beli konsumen dan membuat pasar komponen PC ikut melemah.
CEO Enter Komputer, Ryan Firstanto, mengungkapkan bahwa harga RAM melonjak drastis dibanding periode sebelumnya.
“Kenaikannya bahkan bisa mencapai 300–400 persen dibanding harga normal beberapa bulan lalu,” jelas Ryan.
Lonjakan harga membuat sebagian konsumen menunda pembelian atau memilih kapasitas RAM yang lebih kecil, sehingga penjualan turut menurun.
Hal senada disampaikan Denny Sumarlin, perwakilan distributor komponen PC besar di Indonesia. Ia mencatat kenaikan harga RAM mencapai rata-rata 300 persen, tergantung tipe dan segmennya.
Kenaikan harga RAM di Indonesia dipicu kondisi global. Industri memori dunia sedang menghadapi perubahan besar akibat ledakan permintaan AI, sehingga suplai RAM konsumer ikut terganggu.
Ryan dan Denny menyebut setidaknya tiga faktor utama:
1. Permintaan Tinggi dari Industri Kecerdasan Buatan (AI)
Perusahaan cloud hingga pengembang AI membutuhkan memori berkecepatan tinggi seperti High Bandwidth Memory (HBM) dalam jumlah besar, menyerap suplai global.
2. Produsen Memori Mengalihkan Fokus ke HBM dan Server
Samsung, SK Hynix, hingga Micron kini memprioritaskan produksi memori kelas enterprise karena menawarkan margin jauh lebih tinggi. Akibatnya, pasokan RAM konsumen berkurang signifikan.
Bahkan, Micron resmi keluar dari bisnis memori konsumer mulai 2026 dan menghentikan lini Crucial, untuk memfokuskan produksi pada memori AI.
3. Panic Buying dari Distributor dan Ritel
Kelangkaan memicu pembelian borongan secara mendadak, sehingga stok menipis dan harga meroket lebih tinggi.
Ryan menyebut stok di ritel masih relatif aman meski beberapa tipe mulai langka. Sementara Denny melihat tren penipisan stok semakin terasa, sehingga penjualan PC menurun 10–30 persen karena konsumen menahan pembelian.
Kelangkaan tersebut memicu pasar barang bekas menjadi lebih ramai karena harga RAM baru sulit dijangkau.
Per 5 Desember 2025, harga RAM DDR5 di marketplace Indonesia melonjak signifikan:
1. DDR5 32GB: dari Rp 3,5 juta → Rp 6,5–7,7 juta
2. DDR5 64GB: tembus Rp 12–13 juta
3. DDR5 128GB: mencapai Rp 29 juta
4. Crucial Pro Overclocking 64GB DDR5-6400: naik ke Rp 13,5 juta
Ini menjadi tanda bahwa pasar memori konsumen kini terdampak perubahan struktural industri, bukan lagi sekadar fluktuasi musiman.
Jika pada 2020–2022 dunia dilanda kelangkaan GPU akibat kripto, maka 2025 menjadi era kelangkaan RAM karena AI. Permintaan memori yang ekstrem membuat kapasitas pabrik global terserap untuk HBM, bukan untuk DRAM PC biasa.
Produsen seperti SK Hynix dan Samsung bahkan mengaku kewalahan memenuhi permintaan.
1. Model AI modern membutuhkan:
2. Bandwidth memori super tinggi
3. Kapasitas memori jauh lebih besar
HBM menjadi jawabannya karena menawarkan kecepatan puluhan kali lipat RAM biasa. Setiap unit HBM yang diproduksi otomatis mengurangi porsi produksi RAM konsumer.
Server AI kini mengandalkan DDR5 RDIMM 128GB–256GB, membuat pasar konsumen semakin terpinggirkan.
Analis memperkirakan harga RAM kemungkinan tidak akan turun hingga kuartal kedua 2026. Bahkan, dalam jangka pendek, harga diprediksi masih bisa naik 10–20 persen.
Normalisasi baru akan terjadi setelah kapasitas wafer global bertambah dan permintaan AI mulai stabil.
Era RAM murah tampaknya resmi berakhir. Ledakan permintaan AI, perubahan strategi produsen, dan panic buying distributor membuat harga RAM melonjak ekstrem di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dengan stok yang menipis dan harga terus naik, konsumen PC harus bersiap menghadapi siklus baru di industri komponen di mana RAM kini menjadi komponen paling mahal setelah GPU.