Purwokerto, serayunews.com
Sejak memasuki bulan Ramadan, pemerintah telah mengumumkan larangan mudik dan mendekati Lebaran aturan tersebut semakin mengerucut dan diperketat dengan berbagai upaya penyekatan. Larangan tersebut sangat mempengaruhi suasana lebaran di kabupaten/kota, termasuk di Kabupaten Banyumas. Berikut beberapa fakta lebaran kedua di tengah pandemi di Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas.
1.Jalanan Sepi
Hari pertama Lebaran di Purwokerto, suasana lengang sangat terasa. Jalanan di Purwokerto sepi, hanya satu-dua kendaraan yang melintas. Keramaian warga yang merayakan lebaran berpindah ke lokasi-lokasi di perkampungan. Keramaian hanya terjadi pada kelompok masyarakat yang lokasi rumahnya berdekatan. Atau hanya sebatas komunitas saudara dekat yang berkumpul.
Untuk keramaian massal yang terdiri dari berbagai kelompok atau komunitas masyarakat hampir tak ada.
2.Salat Id Komunitas Terbatas
Salat Id menjadi ritual yang dijalankan umat Islam, hanya saja pelaksanaannya terpecah-pecah, terbagi pada keompok-kelompok kecil yang dihadiri oleh warga sekitar saja.
Sedikit berbeda dengan Salat Id pada Lebaran di tengah pandemi pertama. Kali ini ada beberapa yang menyelenggarakan Salat Id di lapangan yang dihadiri jemaah cukup banyak. Misalnya di lapangan kampus Universitas Muhammdiyah Purwokerti (UMP) yang menyelenggarakan Salat Id dengan khatib, Rektor UMP, Dr Jebul Suroso.
Namun pelaksanaan Salat Id ini disertai dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, mulai dari cek suhu tubuh sebelum memasuki area salat, wajib menggunakan masker, membawa peralatan salat lengkap sendiri serta menjaga jarak.
“Sesuai dengan imbauan dari pemerintah serta PP Muhammadiyah, Salat Id diperbolehkan untuk wilayah yang masuk zona hijau dan kuning dan tetap dengan penerapan protokol kesehatan, sehingga kita melaksanakan Salat Id di lapangan kampus UMP,” kata Rektor.
Untuk Salat Id dengan komunitas terbatas juga banyak dilakukan warga. Pada umumnya warga kompleks perumahan yang memilih untuk menggelar Salat Id sendiri dan khusus untuk warga perumahan saja.
3.Ziarah Dibatasi
Tradisi Lebaran lainnya yang tetap dijalankan adalah ziarah. Hanya saja diberlakukan pembatasan jumlah penziarah yang masuk ke lokasi pemakamanan. Pada umumnya, ziarah dilakukan pagi hari setelah Salat Id, masyarakat akan berbondong-bondong untuk berziarah. Namun, dengan adanya pembatasan tersebut, beberapa warga memilih untuk berziarah pada siang hari atau sore hari. Hal tersebut untuk menghindari kerumunan.
4.Silaturahmi Terbatas
Silaturahmi dalam Lebaran kali ini tetap dijalankan oleh masyarakat, hanya saja terbatas hanya dengan kerabat dekat saja, atau keluarga inti. Silaturahmi antarwarga yang biasanya saling berkunjung ke rumah ataupun silaturahmi RT – RW sama sekali tidak ada.