SERAYUNEWS – Jika Anda aktif di media sosial belakangan ini, mungkin sudah tidak asing dengan konten pasangan calon pengantin yang melakukan tepuk sakinah. Simak lirik Tepuk Sakinah yang viral.
Video-video itu sering muncul di TikTok maupun Instagram, disertai tawa bahagia pasangan yang sedang belajar menyatukan visi rumah tangga.
Tepuk sakinah sendiri bukan sekadar tren atau hiburan. Aktivitas ini merupakan bagian dari edukasi pranikah di Kantor Urusan Agama (KUA).
Pasangan calon pengantin akan diajak oleh petugas untuk melakukan tepukan tangan dengan irama tertentu, sambil melafalkan kata-kata penuh makna yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga.
Tujuan utama kegiatan ini adalah agar pesan mengenai lima pilar keluarga sakinah dapat tersampaikan dengan cara yang lebih mudah, santai, dan membekas di ingatan.
Mengapa disebut “sakinah”? Dalam konteks pernikahan, istilah sakinah merujuk pada ketenangan, kedamaian, dan keharmonisan rumah tangga.
Itulah mengapa, tepuk sakinah bukan sekadar yel-yel, melainkan cara sederhana untuk menanamkan nilai penting sebelum pasangan melangkah ke jenjang pernikahan.
Setidaknya, ada lima pilar utama keluarga sakinah yang diajarkan melalui tepuk ini:
Dengan metode bertepuk tangan, pesan-pesan tersebut menjadi lebih mudah diingat dan menyenangkan.
Bahkan, ketika pasangan sudah menikah nanti, tepuk sakinah bisa menjadi pengingat kembali akan janji awal mereka.
Bagi Anda yang penasaran dengan liriknya, berikut adalah lirik Tepuk Sakinah yang kini viral:
Berpasangan
Berpasangan
Berpasangan
(tepuk 3 kali)
Janji kokoh
Janji kokoh
Janji kokoh
(tepuk 3 kali)
Saling cinta
Saling hormat
Saling jaga
Saling ridha
Musyawarah untuk sakinah.
(diulang dari awal)
Meski sederhana, lirik ini memuat nilai-nilai mendalam. Kata-kata seperti “berpasangan”, “janji kokoh”, hingga “saling ridha” adalah refleksi dari prinsip dasar pernikahan yang ideal.
Awalnya, tepuk sakinah hanya bagian dari program edukasi pranikah di KUA.
Namun, berkat kreativitas warganet yang mendokumentasikan momen ini, tepuk sakinah kini dikenal luas hingga ke berbagai daerah.
Bahkan, ada yang menjadikannya inspirasi untuk yel-yel keluarga, acara komunitas, hingga materi edukasi pernikahan di sekolah atau kampus.
Fenomena ini menunjukkan bahwa pendekatan edukasi yang kreatif bisa lebih efektif menjangkau masyarakat, apalagi di era digital seperti sekarang.***