Hal tersebut, bukan sekali dua kali terjadi. Bahkan atlet panjat tebing Indonesia, kerap kali dianggap lawan yang kuat oleh peserta dari negara lain. Meski demikian, olahraga ini ternyata kurang diminati oleh masyarakat umum. Sebab selain dianggap baru, olahraga ini juga cukup ekstrim, sehingga tidak semua orang mau melakukannya.
Untuk tetap melestarikan prestasi dan membumikan sport climbing di Indonesia, sekelompok pecinta alam di Universitas Wijayakusuma (Unwiku) akhirnya mendirikan sebuah sekolah bernama Wijayakusuma Sport Climbing. Tujuannya, selain untuk tetap melestarikan jalur juara panjat tebing Indonesia juga untuk mencari bibit-bibit muda dalam olahraga itu.
Seperti penuturan salah seorang penggagas Wijayakusuma Sport Climbing, Galih Widi Prabowo. Menurutnya, sekolah tersebut didasari dari hobi rekan-rekannya, kemudian akhirnya tegagas ide untuk membuat sekolah tersebut. Mengingat Indonesia memiliki sejumlah atlet panjat tebing berbakat.
“Kita awalnya memang berangkat dari hobi, tapi setelah ke sini-sini kegiatan hobi menjadi olahraga prestasi, buktinya kemarin Indonesia menjadi juara Asean Games. Melihat itu kami merasa harus ada pembinaan olahraga ini dari usia dini,” kata dia.
Meski baru berdiri beberapa waktu lalu, sudah ada anak-anak yang mengikuti sekolah tersebut.
“Kita melatih anak-anak sejak usia tujuh tahun, kebetulan olahraga sport climbing ini tahun besok masuk Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda). Jadi kalau dibilang mencari bibit muda, jangka panjangnya iya, kita bisa menciptakan bibi-bibit altet sport climbing, untuk masyrakat Banyumas khususnya,” kata dia.
Sementara ini, untuk sekolah tersebut belum ada pemungutan biaya, karena ingin menarik banyak peminat. Namun, tidak menutupi kemungkinan, kedepan sekolah tersebut akan berbayar meski biayanya tidak mahal seperti sekolah pada umumnya.
“Karena ada perawatan sarana prasarana, penunjang setiap latihan ada peralatan yang dibutuhkah, jadi nanti pembiayaannya untuk mengganti peralatan yang digunakan,” kata dia.
Meski sekolah itu terbilang baru, tim pengajarnya tidak main-main, yakni atlet yang berasal dari Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Dimana banyak atlet dari banyumas yang kebetulan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) jalur prestasi di Kemenpora dan bersedia untuk menjadi tenaga pengajar.
“Kami beharap bisa mengembangkan olahraga ini, khususnya di Banyumas. Sehingga Banyumas dapat menciptakan atlet-atlet berbakar di bidang Sport Climbing,” ujarnya.