SERAYUNEWS – Sekilas, Masjid Cheng Hoo yang berada di Kabupaten Purbalingga tampak seperti sebuah kelenteng. Oleh sebab itu, banyak orang mengira bangunan itu bukan masjid. Simak kisah unik selengkapnya.
Nama asli Masjid Cheng Hoo ini adalah Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo. PITI merupakan akronim dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Lokasinya di Desa Selanggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga.
Bangunan tersebut berada di tepi jalan raya Purbalingga-Bobotsari, atau di samping tempat istirahat (rest area) wilayah Bobotsari. Bagi masyarakat yang belum mengetahui, tak sedikit yang mengira itu bukanlah bangunan masjid.
Sebab, bangunan mirip kelenteng, yaitu bangunan untuk tempat memuja (berdoa, bersembahyang) dan melakukan upacara keagamaan bagi penganut Agama Konghucu.
Menurut Ketua Takmir Masjid Jami’ PITI Muhammad Cheng Hoo, Mochamad Nur Faizin, warga yang jarang melintasi jalan tersebut dan mampir, kerap tidak tahu jika bangunan tersebut adalah masjid.
“Orang yang jarang ke sini tahunya bukan masjid, tapi setelah melihat di atas itu ada tulisan (lafal) Allah, baru orang berpikir, ini berarti masjid,” kata Faizin, dikutip serayunews.com dari jatengprov.go.id, Minggu (17/3/2024).
Warna pada bangunan masjid tersebut juga didominasi merah, warna dominan yang kerap ditemui di bangunan kelenteng. Faizin pun menjelaskan, filosofi dari warna merah pada masjid adalah keberanian.
“Kita harus berani berkorban. Harus berani berbuat, tapi dengan catatan, berbuat baik,” ucapnya.
Faizin mengatakan, setelah masyarakat tahu, banyak yang datang ke masjid terutama untuk salat. Mereka yang semula penasaran, kini menjadikan tempat tersebut sebagai lokasi berhenti, terutama para pengguna jalan. Masjid itu terbuka untuk umum dari berbagai kalangan umat Islam.
Dia menuturkan sekilas tentang bangunan masjid. Masjid baru diresmikan pada 2011. Setelah dibangun pada 2005. Adapun, inisiator pembangunan masjid tersebut adalah seorang mualaf asli Bobotsari, Purbalingga, bernama Hery Susetyo yang merupakan anggota PITI.Pengerjaan masjid yang sebelumnya mandek, berhasil dilanjutkan setelah adanya peran serta dari pihak swasta, yaitu Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa). Kini, masjid telah berdiri kokoh dan megah.
“Masjid kan yang didirikan mualaf jadi ingin mendirikan masjid yang beda dengan yang lain. Uniklah. Mungkin yang lain bentuknya biasa. Kalau di sini satu-satunya masjid di Purbalingga yang (bisa dibilang) paling unik,” tuturnya.
Dari catatan takmir, masjid semula bernama Masjid PITI An Naba. Dengan lokasi bangunan seluas 750 meter persegi yang berasal dari tanah wakaf seluas 560 meter persegi, dan tanah milik PITI seluas 190 meter persegi.Masjid pun berubah nama guna mengenang jasa seorang pelaut Tiongkok yang beragama Islam, Cheng Hoo.
Pantauan di lokasi, masjid sering dipenuhi pengguna jalan yang tengah memanfaatkan waktu istirahatnya untuk salat. Terutama, ketika sudah masuk waktu salat. Tidak sedikit dari mereka yang senang dengan desain bangunan masjid ini.