SERAYUNEWS – Forum Kerukunan Umat Beragama atau FKUB Kabupaten Banyumas mengingatkan, akan pentingnya menjaga kondusivitas. Sebab, saat ini sudah bermunculan calon-calon pemimpin bangsa yang mempunyai pendukung fanatik.
Ketua FKUB Kabupaten Banyumas, Prof.Dr Mohammad Roqib M.Ag memberikan pandangannya. Dia mengatakan, harus ada kesadaran dari semua tokoh, baik tokoh agama, pemerintahan maupun tokoh masyarakat untuk bersama-sama menjaga kondusivitas Banyumas. Terlebih kondisi sekarang, sudah banyak bermunculan friksi antar pendukung.
“Pada pemilu 5 tahun lalu, kita membuat Banyumas kondusif dan memasuki tahun politik ini, kita juga ingin menciptakan kondisi serupa. Kemarin FKUB sudah mengadakan pertemuan dengan tokoh lintas agama dan pimpinan partai politik. Pertemuan itu untuk membuat komitmen bersama membawa Banyumas kondusif,” tuturnya.
Labih lanjut Rektor Universitas Negeri Islam Prof KH Saifuddin Zuhri (UIN ZAIZU) menyampaikan, kemunculan ketiga tokoh calon presiden yang banyak disebut-sebut saat ini, yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan membuat masyarakat lebih tercerahkan. Sebab, selain banyak pilihan, ketiga tokoh tersebut juga memiliki kemampuan, kompetensi serta jejaring yang berbeda.
Namun, ada satu hal yang sama dari para tokoh tersebut, yaitu semuanya menempatkan NKRI sebagai harga mati. Atas dasar kesamaan tersebut, semestinya dalam kondisi apapun, persaingan perebutan simpatik oleh para pendukungnya, tidak sampai menimbulkan perpecahan.
“Sangat wajar jika pendukung itu bersikap fanatik, hal tersebut merupakan bentuk komitmennya. Sayangnya, sebagian pendukung tidak memahami alur berpikir dari tokoh yang mereka dukung. Sehingga terkadang justru muncul argumen yang cenderung melemahkan, bahkan tidak jarang pula menjatuhkan tokoh yang mereka dukungnya,” jelas Kiai Roqib.
Guna menghindari munculnya friksi, para pendukung perlu mendapatkan wawasan dan pendidkan politik. Begitu pula dengan masyarakat. Menurut Rektor UIN ZAIZU ini, orang membutuhkan nalar sehat untuk menentukan pilihan. Sehingga tidak boleh ada pemaksaan. Karenanya, untuk menarik simpatik, cukup memberi wawasan dan pendidikan politik, selanjutnya pilihan tetap di tangan masyarakat.
“Agama saja tidak boleh dipaksakan, apalagi pilihan politik. Bersainglah yang sehat, tebarkan informasi tentang tokoh yang didukung. Potensinya seperti apa, program kerjanya dan sebagainya dengan fakta-fakta yang benar,” jelasnya.
Jika semua potensi sosial, poltik, budaya, ekonomi mampu dimanage dengan baik, lanjutnya, maka kondusivitas akan terjaga. Sebab, tiap individu memiliki ruang untuk bertukar pendapat sehingga saling mengisi. Melawa berita-berita hoax bisa dengan informasi yang benar, sehat dan terus memegang tali persaudaraan.
“FKUB hanya satu baut kecil untuk mengeratkan, melonggarkan ataupun memotivasi. Karenanya butuh bersinergi dengan semua komponen, temasuk media yang bisa menjadikan suara kecil menjadi besar, lingkup sempit menjadi luas,” tutupnya.