Purbalingga, serayunews.com
“Program ini mulai tahun 2022. Program Belajar Bersama di Museum terdiri dalam tiga bentuk kelas. Yakni, Kelas Membatik, Kelas Bermain Musik Tradisi Calung dan Kelas Melukis,” kata Kabid Pembinaan Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purbalingga, Wasis Andri Wibowo, S.Pd, Sabtu (10/12/2022).
Dia menjelaskan, program ini untuk memfasilitas penerapan Kurikulum Merdeka. Sekaligus untuk mewujudkan visi museum sebagai sumber informasi kebudayaan di Kabupaten Purbalingga. Hasil karya peserta kelas, kata Wasis, nantinya akan dipajang di Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja. Seperti 10 karya lukisan tas kain terbaik dari Kelas Melukis, yang berlangsung beberapa waktu lalu.
Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja menggelar Kelas Melukis dengan medium tas kanvas. Peserta kelas akan melukis dengan tema Museum Soegarda, mulai dari sosok Soegarda itu sendiri hingga bentuk koleksi museum.
Peserta Kelas Melukis adalah pelajar SMP sederajat di Kabupaten Purbalingga. Para peserta mendapatkan materi dan bimbingan praktik dari narasumber praktisi, dalam dua kali pertemuan kelas.
Budhi Sugarda, salah satu putra Prof. Dr. R. Soegarda yang sempat hadir dalam sesi Kelas Melukis, menyambut positif kegiatan ini. Budhi bahkan merasa terharu dengan lukisan ayahnya yang ada di tas kain tersebut.
Kemudian, dalam Kelas Bermain Musik Tradisi Calung, peserta belajar membuat instrument khusus untuk Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja, bersama pelaku musik tradisi di Bumi Soedirman. Pembelajaran intens ini berlangsung di dalam museum.
Untuk Kelas Membatik, Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja mendorong produksi duplikasi batik motif Naga Tapa. Sebagai informasi, motif Naga Tapa merupakan salah satu motif langka. Dulu, motif batik ini hanya untuk pegawai pemerintahan di era Bupati Purbalingga IX, Aryo Sugondo.
“Selama ini tidak mudah menemukan batik motif Naga Tapa seperti dalam koleksi buatan 1940-an ini di kalangan umum. Jadi Kelas Membatik ini sekaligus jadi ajang duplikasi motif Naga Tapa yang memang langka dan punya nilai sejarah di Purbalingga,” kata kurator Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja, Anita.
Kelas membatik dikhususkan bagi para pembatik maupun generasi muda yang telah memiliki dasar membatik. Melalui kelas ini harapannya, motif Naga Tapa bisa kembali bangkit dan mampu menjadi salah satu motif batik khas Purbalingga.