SERAYUNEWS – Beberapa hari menjelang hari pencoblosan pemilihan umum atau Pemilu, tepatnya Minggu (11/2/2024) lalu, media sosial di gemparkan oleh kehadiran sebuah video dokumenter.
Berjudul ‘Dirty Vote’, tayangan ini berhasil menghebohkan publik Tanah Air. Terlebih, di masa tenang Pemilu yang berlangsung dari tanggal 11 Februari hingga 13 Februari 2024 besok.
Sontak, film dari tiga pakar hukum tata negara ini yang mencoba mengungkapkan kecurangan pemilihan umum (Pemilu) 2024. Lantas, apakah isi film ini? Simak artikel berikut ini dari serayunews.com.
Tercatat, hingga Senin (12/2/2024) sore, akun channel Dirty Vote sudah mendapatkan 5 juta penonton di YouTube. Selain itu, 328 ribu pengguna juga menyukai video ini dan tak ketinggalan sebanyak 47 ribu tulisan di kolom komentar.
Dalam pembuatan film ini, sebanyak 20 lembaga terlibat. Sebut saja Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Greenpeace Indonesia, Indonesia Corruption Watch (ICW), LBH Pers, YLBHI dan lain-lain.
Karya Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari ini, mengungkap penggunaan berbagai instrumen kekuasaan untuk merusak tatanan demokrasi.
“Ketiganya mengungkap berbagai instrumen kekuasaan, untuk tujuan memenangkan pemilu dan merusak tatanan demokrasi,” tulis keterangan resmi terkait peluncuran film dokumenter.
Tak hanya itu, penggunaan infrastruktur kekuasaan yang kuat, tanpa malu-malu di pertontonkan secara nyata demi mempertahankan status quo. Bentuk-bentuk kecurangannya, dia urai dengan analisa hukum tata negara.
Menurut Bivitri, ini merupakan sebuah film dan rekaman sejarah betapa rusaknya demokrasi di Indonesia.
Dia menjelaskan, film ini bercerita mengenai dua hal, yakni tentang demokrasi yang tidak bisa di maknai sebatas terlaksananya Pemilu.
Kemudian mengisahkan soal penyalahgunaan kekuasaan, karena nepotisme dalam negara dengan hukum demokratis.
Pakar hukum lainnya, Feri Amsari menjelaskan, membiarkan kecurangan pesta demokrasi tahun ini, sama saja dengan merusak bangsa Indonesia.
Dandhy Dwi Laksono selaku sutradara, juga memberikan penjelasan bahwa film ini menjadi tontonan di masa tenang pemilu. DIa berharap, dapat mengedukasi masyarakat Indonesia.
“Ada saatnya kita menjadi pendukung capres-cawapres. Tapi hari ini, saya ingin mengajak setiap orang untuk menonton film ini sebagai warga negara,” ucapnya.
Demikian, beberapa ulasan apa yang ada di film ini. Muncul pro kontra pada masa tenang pemilu kali ini, semoga suasana tetap damai dan kondusif.***