SERAYUNEWS – Musim kemarau di wilayah Kabupaten Purbalingga, sudah berlangsung sekitar 2 bulan. Kondisi ini berdampak lahan-lahan pesawahan, mengalami kekurangan air.
Para petani di Purbalingga,menyiasati kondisi ini dengan mengubah ritme tanam dan panen. Sehingga, petani bisa menghindari kerugian akibat puso atau gagal panen.
Kepala Dinas Pertanian Purbalingga, Mukodam, tidak menampik lahan-lahan pesawahan mengalami kekurangan air. Kurangnya air, tentu berdampak pada kesuburan tanaman. Sehingga, menjadikan produksi tidak maksimal.
Baca juga: Raperda APBD Purbalingga 2024 Diserahkan, Pendapatan Daerah Direncanakan Naik 0,59 Persen
“Kalau berkurang iya, tapi belum ada laporan petani sampai puso atau gagal panen,” kata Mukodam, Senin (11/09/2023).
Hasil pemetaan Juni lalu, di dapatkan data potensi lahan sawah yang mengalami kekurangan air. Wilayah Kemangkon sekitar 300 hektar, di wilayah Kaligondang sekitar 90 hektar.
“Kemarin hasil pantauan terakhir, di wilayah Kemangkon ternyata tetap dapat tanam dan panen. Walaupun jadwal tanamnya menjadi mundur, hasil panennya juga tidak maksimal,” kata dia.
Di wilayah Kemangkon petani menyelamatkan tanaman yang saat ini ada, dengan memanennya lebih awal.
Para petani di Purbalingga, juga melakukan penundaan atau pengunduran jadwal olah tanah dan tanam. Sebab jika memaksakan, dengan sedikit air akan berakibat pada hasil produksi yang kurang maksimal.
“Dalam kondisi kekurangan air, petani lebih memilih menunda olah tanah dan tanam. Kalau pompanisasi, menjadi bagian alternatif solusi yang saat ini sedang kita lakukan,” katanya.
Menurut Mukodam, penurunan hasil juga terjadi karena serangan hama dan penyakit tanaman. Pada masa peralihan musim hujan ke kemarau, penurunan produksi padi bahkan mencapai 30 persen.
Secara umum se Kabupaten Purbalingga, pihaknya masih menghitung produksi padi. Karena ada yang belum tanam, ada juga yang belum panen.
“Kalau di Purbalingga ini, paling hanya akan terjadi penurunan produksi padi hasil panen,” katanya.
Diketahui, Pemerintah melalui Dinas Pertanian telah menyiapkan antisipasi bencana pertanian (kekeringan, banjir, serangan hama) berupa Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
Asuransi gratis ini, di siapkan untuk 1.600 hektar lahan. Tiap 1 hektar lahan puso, akan mendapat klaim Rp 6 juta rupiah.