SERAYUNEWS – Menjelang datangnya bulan suci Ramadan 1446 H, Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali mengingatkan umat Islam untuk tetap konsisten dalam aksi boikot terhadap produk-produk yang berhubungan dengan Israel.
Langkah ini diambil sebagai bentuk protes terhadap praktik penjajahan, genosida, serta upaya pembersihan etnis yang terus berlangsung di Palestina.
Meskipun gencatan senjata sempat diberlakukan di Jalur Gaza pada 19 Januari 2025, MUI menegaskan bahwa aksi boikot tidak boleh berhenti.
Pasalnya, kebijakan yang menindas rakyat Palestina, termasuk rencana pengusiran paksa serta perluasan wilayah pendudukan, masih terus terjadi.
Oleh karena itu, MUI mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat solidaritas dan meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Israel melalui boikot produk-produk yang memiliki keterkaitan dengan rezim tersebut.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim, menegaskan bahwa masyarakat sipil di berbagai belahan dunia perlu terus memperkuat aksi boikot.
Menurutnya, tekanan ekonomi terhadap Israel dan pihak-pihak yang mendukung gerakan Zionisme harus semakin ditingkatkan.
“Kami mendorong seluruh kekuatan masyarakat sipil di berbagai belahan dunia untuk terus melakukan dan mengintensifkan aksi boikot terhadap produk Israel dan produk pihak manapun yang berafiliasi dengan Israel serta gerakan Zionisme,” ujar Sudarnoto dalam pernyataan tertulisnya pada Rabu, 26 Februari 2025.
Selain sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan, gerakan boikot ini juga memiliki dampak signifikan dalam menekan ekonomi pihak-pihak yang mendukung agresi Israel.
Dengan demikian, diharapkan tekanan ini dapat berkontribusi dalam menghentikan kekerasan yang terus berlanjut di Palestina.
Dalam rangka memperkuat gerakan ini, MUI bersama organisasi masyarakat Islam, lembaga filantropi, serta berbagai kelompok solidaritas Palestina akan menggelar kampanye bertajuk “Shiyam Ramadhan, Kemanusiaan, dan Kemerdekaan Palestina.” Kampanye ini bertujuan untuk:
Sudarnoto menekankan bahwa Ramadan kali ini akan dijadikan sebagai Bulan Solidaritas Palestina.
Menurutnya, berpuasa tidak hanya berarti menahan lapar dan haus, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang lebih luas, termasuk menjauhkan diri dari produk-produk yang mendukung penindasan terhadap rakyat Palestina.
Sebagai bagian dari kampanye ini, MUI juga mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan produk-produk lokal yang halal dan tidak terafiliasi dengan Israel.
Dengan mengutamakan produk nasional, tidak hanya umat Islam dapat menghindari keterlibatan dalam pendanaan agresi Israel, tetapi juga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Langkah ini sejalan dengan upaya mewujudkan kemandirian ekonomi nasional, di mana konsumsi produk halal buatan lokal dapat menjadi alternatif yang lebih baik bagi masyarakat.
Dengan memilih produk dalam negeri, masyarakat turut berkontribusi dalam membangun perekonomian yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Seruan MUI untuk memperkuat aksi boikot terhadap produk yang berafiliasi dengan Israel merupakan langkah konkret dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Dengan menjadikan Ramadan sebagai momentum penguatan solidaritas, diharapkan semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya aksi boikot ini.
Selain itu, dukungan terhadap produk nasional juga menjadi bagian dari perjuangan ekonomi yang lebih berkeadilan.
MUI mengajak seluruh umat Islam untuk bersama-sama mengamalkan nilai-nilai Ramadan dengan tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari konsumsi produk yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung penjajahan dan penindasan di Palestina.
Dengan demikian, Ramadan kali ini bisa menjadi bulan yang penuh berkah sekaligus membawa dampak nyata dalam perjuangan kemanusiaan.
***