SERAYUNEWS – Di tengah meningkatnya ketimpangan ekonomi, terbatasnya akses modal, dan stagnasi usaha kecil menengah di berbagai daerah, peran organisasi masyarakat dalam mendorong pemberdayaan ekonomi semakin mendesak.
Banyak pelaku UMKM kesulitan naik kelas karena minimnya pelatihan, keterbatasan jejaring pasar, hingga dukungan pendanaan yang belum merata.
Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) pun menjawab tantangan ini dengan langkah konkret: membentuk bidang ekonomi khusus di struktur kepengurusan pusat periode 2024–2028.
Langkah ini menjadi penanda bahwa organisasi alumni Pelajar Islam Indonesia tersebut tak hanya ingin eksis dalam kegiatan sosial dan keagamaan, tetapi juga ingin turut ambil bagian dalam membangun kemandirian ekonomi umat secara nyata dan terstruktur.
Dalam pelantikan kepengurusan baru KB PII yang digelar di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Minggu, 3 Agustus 2025, Mukit Hendrayatno resmi ditunjuk sebagai Wakil Ketua Bidang Ekonomi.
Penunjukan ini menjadi titik awal bagi KB PII untuk memperkuat peran organisasinya dalam sektor ekonomi, terutama melalui pemberdayaan anggota di daerah-daerah.
Dalam wawancara bersama Serayu News, Mukit menyampaikan bahwa strategi utamanya adalah meningkatkan peran aktif anggota KB PII di tingkat lokal, yang sebagian besar terlibat dalam usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM).
“Strateginya adalah dengan menaikkan peran anggota-anggota KB PII di daerah yang notabenenya banyak juga yang bekerja pada usaha kecil, mikro, dan menengah,” ujar Mukit.
Ia menjelaskan bahwa program pelatihan dan pendampingan akan menjadi fokus utama untuk meningkatkan kapasitas pelaku usaha.
KB PII, melalui bidang ekonomi, akan menyelenggarakan berbagai training dan coaching agar para anggota mampu mengelola usahanya secara lebih profesional.
“Wakil Ketua Bidang Ekonomi ini nanti akan melakukan beberapa proses seperti training dan coaching, agar capability dari anggota-anggota yang memiliki usaha mikro naik. Jadi usaha-usaha KB PII yang di daerah naik kelas, dari mikro ke kecil, dari kecil ke menengah,” jelasnya.
Mukit juga menyadari bahwa keberhasilan usaha tidak hanya ditentukan oleh pelatihan, namun juga oleh kemampuan anggota dalam mengawal usahanya secara mandiri.
Untuk itu, pelatihan khusus yang kontekstual akan menjadi bagian dari upaya membangun daya saing.
“Tentu saja hal itu sangat bergantung dari capability dari masing-masing usahawan yang notabenenya anggota KB PII untuk mengawal usahanya sendiri. Makanya kita akan memberikan pelatihan-pelatihan khusus terkait itu,” imbuhnya.
Selain pelatihan, Mukit juga menargetkan pembentukan sistem distribusi produk kebutuhan pokok yang dapat dikonsumsi oleh anggota KB PII secara nasional.
Strategi ini diharapkan mampu menciptakan perputaran ekonomi antaranggota yang sehat dan berkelanjutan.
“Yang ketiga akan membuat produk yang berbasis pada produk harian yang nantinya akan dikonsumsi oleh anggota KB PII seluruh Indonesia, yang mana keuntungannya akan menjadi penggerak dari gerakan ekonomi produk lokal yang bergulir terus-menerus,” ungkapnya.
Langkah tersebut akan didukung oleh program unggulan yang telah disiapkan oleh bidang ekonomi KB PII.
Pertama, yaitu gerakan pembelian dan distribusi produk-produk kebutuhan pokok seperti teh, kopi, dan beras, produk yang akan dikembangkan dari anggota-anggota KB PII sendiri yang telah memiliki usaha potensial.
“Paling tidak ada dua program unggulan kami. Yang pertama adalah menggerakkan cabang dari anggota-anggota yang ada di KB PII untuk beli, mendistribusikan, dan menggunakan produk-produk yang akan dikeluarkan oleh KB PII sendiri,” terang Mukit.
Program kedua adalah menciptakan koneksi bisnis antara pelaku usaha kecil dengan menengah, serta menengah dengan usaha besar.
Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi jalur percepatan transfer pengetahuan dan teknologi antar pelaku usaha dalam ekosistem KB PII.
“Yang kedua akan melakukan business coaching, link and match kan usaha kecil dengan menengah, menengah dengan usaha besar supaya bisa meng-absorb pengetahuan dan capability untuk bisa naik kelas,” jelasnya.
Produk-produk unggulan dari hasil kolaborasi ini bahkan dirancang untuk bisa mengakses pasar menengah ke atas, menjadikannya sebagai branded product dari KB PII.
Mukit juga menegaskan bahwa pihaknya sangat terbuka untuk berbagai bentuk kerja sama dengan mitra eksternal, baik berupa kemitraan distribusi, produksi, maupun investasi berbasis kepemilikan saham.
“Kerja samanya bisa berupa kemitraan, supply produksi, atau bahkan menanam modal atau share equity. Jadi kita sangat terbuka untuk kerja sama dalam bentuk apa pun selama kerjasamanya itu menggunakan kaidah-kaidah yang proper dan masuk akal agar kerja sama yang terbentuk bisa melewati berbagai rintangan yang tidak mudah dalam membangun sebuah bisnis ekonomi,” pungkasnya.
Dengan visi dan strategi yang terukur, Mukit Hendrayatno optimistis bahwa bidang ekonomi KB PII bisa menjadi lokomotif penggerak pemberdayaan umat.
Ia berharap pengurus pusat maupun cabang mampu bergerak sinergis dalam membangun sistem ekonomi organisasi yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis pada kekuatan lokal anggota sendiri.***