SERAYUNEWS- Beberapa musisi sudah menyatakan dukungan pada capres.
Dewa 19 dibawah Ahmad Dhani secara terang-terangan mendukung Paslon 02 Prabowo-Gibran. Setelah itu, giliran Slank mendukung Ganjar-Mahfud.
Terakhir, Raja Dangdut Rhoma Irama secara implisit memberi dukungan kepada Paslon 03 Anies-Muhaimin.
Pertanyaannya, etiskah musisi punya sikap politik tertentu? Atau lebih persisnya, etiskah musisi berpihak pada kekuasaan? Pertanyaannya bisa lebih tajam, etiskah musisi menjadi bagian dari kekuasaan?
Musisi tertentu memiliki popularitas yang membuat mereka menjadi idola banyak orang. Dengan demikian, sikap dan omongan musisi tersebut menjadi didengarkan, bahkan diikuti.
Di sinilah irisan sederhana antara musik dan politik: sama-sama berhubungan dengan sikap orang banyak.
Saat ramai musisi saling dukung mendukung capres pada Pilpres 2024. Alasan mereka rata-rata sederhana. Kira-kira seperti ini, kami musisi punya massa dan harus memanfaatkan popularitas untuk turut menentukan nasib bangsa.
Fenomena musisi berpihak kepada salah satu calon presiden yang sedang berjuang di pemilihan umum bukan hal yang awam.
Sejarah sudah mencatat bagaimana Beethoven mendedikasikan lagu Eroica (Symphony No. 3) untuk Napoleon Bonaparte. Gerombolan musisi besar seperti The Rolling Stones, Jay Z, Bono, dan Arcade Fire juga mendukung Presiden Barrack Obama pada saat Pemilu.
Musik, politik, dan musisi seakan sekelompok teman dekat. Musik adalah kendaraan musisi untuk mengekspresikan emosi dan gagasannya.
Sementara itu, politikus dan partai menggunakan politik untuk memperjuangkan agenda ideologisnya. Politikus dan musikus bertemu pada satu titik.
Pelaku politik memanfaatkan popularitas musisi untuk mencari posisi. Akibatnya, fenomena musikus berubah jadi politikus jadi sering terjadi.
Keadaan ini jadi topik hangat perbincangan banyak orang. Soalnya, posisi keberpihakan musisi kini sebagai corong kampanye.
Baik partai politik atau tim sukses, seakan berebut mencari penyanyi dan musisi sebagai juru kampanye.
Sudah bukan rahasia, para publik figur itu merupakan peraih simpati calon pemilih.
Tak heran, Ahmad Dhani mengerahkan semua tenaga dan kemampuannya untuk mengkampanyekan Prabowo-Gibran
“Jangan khawatir Dewa 19 akan mengampanyekan Prabowo-Gibran di Jawa Timur di bulan Januari. Jawa Timur akan kita sisir habis kota-kotanya semua bersama Dewa 19 untuk Prabowo-Gibran 2024,” kata Ahmad Dhani (15/11/2023).
Slank selain memberikan dukungan kepada Ganjar, juga menciptakan single lagu. Judulnya “Salam Metal”.
Vokalis Slank, Akhadi Wira Satriaji atau Kaka, menjelaskan bahwa metal berarti menang total.
“Ketika kami memutuskan dukung Ganjar dan Mahfud, kami kemas lagi lagunya menjadi Salam Metal,” jelas Kaka (20/1/2024).
Sama halnya dengan Slank, Rhoma Irama mengaku sudah menyiapkan lagu untuk Anies. Namun, Rhoma saat ini belum mau menjelaskan detail liriknya.
“Insyaallah nanti akan ada satu momentum, ya. Insyaallah ada momentum, mungkin follow up dari pertemuan ini. Yang pasti, tadi harapan saya bahwa Anies Baswedan bisa jadi mempersatukan bangsa dalam rangka kejayaan Indonesia,” jawab Rhoma menanggapi pertanyaan kapan lagu rilis.
Semua sebenarnya sah-sah saja. Hanya saja patut direnungkan pesan dari almarhum Denny Sakrie, seorang pengamat musik, pemusik di mata politikus dianggap sebagai permen pemikat. Tujuan tercapai, permen dilepehin.
Nah, setelah ini siapa lagi yang akan menyatakan dukungan pada capres?***(O Gozali)