SERAYUNEWS –Meskipun sudah memasuki bulan Juli 2025, sebagian besar wilayah di Kabupaten Cilacap ternyata belum sepenuhnya masuk musim kemarau.
BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap mencatat, beberapa kecamatan masih mengalami hujan sedang hingga lebat akibat anomali cuaca global dan lokal.
“Berdasarkan hasil pengamatan data curah hujan bulan Juni 2025, tercatat beberapa wilayah kecamatan telah memasuki musim kemarau. Indikasinya adalah akumulasi jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 150 mm,” ujar Teguh Wardoyo, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Cilacap, Kamis (3/7/2025).
BMKG mencatat wilayah seperti:
Daerah lain masih mencatat curah hujan 150–500 mm, menunjukkan belum meratanya transisi musim.
Menurut Teguh, kemunduran musim kemarau ini dipicu berbagai fenomena atmosfer dan kelautan:
“Musim kemarau di daerah tersebut mundur. Hal ini karena beberapa gangguan cuaca skala mingguan. Seperti fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, belokan angin, konvergensi, serta suhu muka laut yang masih hangat,” jelasnya.
BMKG memprediksi bahwa curah hujan Juli 2025 di Cilacap akan berkisar:
Sementara puncak musim kemarau perkiraan terjadi pada Agustus 2025, dengan curah hujan hanya sekitar 21–50 mm/bulan.
BMKG juga memperingatkan adanya gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah. Tingginya kemungkinan mencapai 2–3 meter rata-rata dan 3,5–4 meter saat puncak.
Angin dominan bertiup dari arah timur hingga tenggara, dengan kecepatan 5–20 knots.
“Prakiraan cuaca untuk beberapa hari ke depan di wilayah Cilacap masih ada potensi terjadi hujan ringan hingga sedang pada sore hingga malam hari. Suhu udara berkisar antara 22–32 °C, kelembaban udara antara 60–97%, dan kecepatan angin 5–25 km/jam,” tambah Teguh.
Petani, nelayan, dan masyarakat umum diimbau untuk terus memantau informasi cuaca dari BMKG, agar bisa mengantisipasi hujan mendadak dan gelombang tinggi, terutama di masa transisi kemarau yang tidak menentu ini.