
SERAYUNEWS – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjarnegara terus mendorong pengembangan kopi arabika Kalibening sebagai salah satu komoditas unggulan daerah.
Selain bernilai ekonomi tinggi, kopi ini juga dinilai mampu mendukung konservasi lahan di wilayah pegunungan Banjarnegara.
Bupati Banjarnegara dr. Amalia Desiana menegaskan, wilayah Kecamatan Kalibening memiliki potensi kopi arabika dengan cita rasa khas pegunungan yang berkualitas tinggi.
Melalui berbagai program, termasuk UPLAND, Pemkab mendorong agar petani tidak hanya menjadi penghasil kopi mentah, tetapi juga mampu memproses dan mengolah produk secara mandiri.
“Mudah-mudahan dengan adanya program UPLAND dan program lain di wilayah Kalibening ini bisa bermanfaat bagi warga,” ujar Bupati Amalia saat meninjau unit pengolahan kopi di Desa Sirukun, Kalibening.
Dalam kunjungan tersebut, bupati juga meninjau peralatan pengolahan kopi, menyalurkan bantuan bibit kopi di Desa Bedana, serta menyerahkan rumah jemur kopi di Desa Karanganyar yang dibangun melalui program UPLAND.
Bupati Amalia menjelaskan, keberadaan rumah jemur sangat penting untuk menjaga kualitas biji kopi agar tetap kering sempurna dan tidak terkontaminasi jamur.
Dengan sistem pengeringan modern, kualitas hasil panen diharapkan meningkat signifikan.
“Rumah jemur ini salah satu upaya agar penjemuran lebih maksimal. Kalau dilakukan manual, potensi tumbuh jamur lebih besar. Dengan fasilitas ini, kopi bisa cepat kering dan terjaga kualitasnya,” katanya.
Rumah jemur tersebut berukuran 5×10 meter dan sudah dilengkapi blower otomatis. Fasilitas ini menjadi bentuk dukungan Pemkab Banjarnegara agar petani bisa mengefisienkan waktu produksi sekaligus meningkatkan nilai jual hasil panen.
“Mudah-mudahan rumah jemur ini bisa memangkas waktu pengeringan dan memaksimalkan hasil panen kopi,” tambahnya.
Salah satu petani kopi dari Desa Karanganyar, Kalibening, Jito, menyambut baik bantuan rumah jemur tersebut.
Ia mengatakan bahwa pada musim hujan, proses pengeringan kopi secara manual bisa memakan waktu hingga 40 hari.
“Kalau manual, keringnya bisa sampai 40 hari. Tapi dengan rumah jemur ini, cukup 10 sampai 15 hari kopi sudah kering maksimal,” ujarnya.
Saat ini, di Desa Karanganyar terdapat lebih dari 300 petani kopi dengan luasan kebun mencapai 70 hektare.
Menurut Jito, keberadaan fasilitas baru ini bisa menjadi titik balik bagi petani kopi untuk menghasilkan produk unggulan dengan standar ekspor.
“Kami berharap kualitas kopi makin bagus dan ekonomi petani ikut meningkat,” kata Jito.
Program pengembangan kopi arabika Kalibening sejalan dengan strategi Pemkab Banjarnegara dalam memperkuat hilirisasi produk pertanian lokal.
Pemerintah berkomitmen memperluas pelatihan, memberikan akses peralatan modern, hingga mendorong petani membentuk koperasi agar bisa menembus pasar nasional bahkan internasional.
Langkah ini tidak hanya menumbuhkan potensi cuan dari sektor kopi, tetapi juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan di kawasan pegunungan Kalibening yang kaya sumber daya alam.