
SERAYUNEWS– Pameran temporer “Tata Titi Peranti” menyemarakkan kegiatan “Belajar di Museum” yang digelar di Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja Purbalingga. Pameran mengangkat perihal peranti kebudayaan dalam Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) Kabupaten Purbalingga.
Pengelola Museum Anita Ika Cahyani, mengatakan pameran tersebut menarik perhatian pengunjung yang datang di museum. Disampaikan, sejumlah peranti kebudayaan ditampilkan sehingga bisa menambah khasanah pemahaman tentang kebudayaan di Kabupaten Purbalingga.
Koleksi di museum tersebut bertambah. Pasalnya Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja menghibahkan koleksi mebelair yang selama ini disimpan di Jakarta.
“Mebel motif Leo atau Singa ini hanya dibuat dua set saja di Indonesia pada sekitar 1950. Dan salah satunya merupakan milik keluarga kami,” kata Budhi Sugarda selaku putra alm. Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja, saat menyerahkan koleksi ayahnya kepada pengelola museum, Rabu (26/11/2025).
Dengan adanya tambahan mebelair tersebut, koleksi museum yang berada di kompleks Pendopo Dipokusumo Pemkab Purbalingga tersebut bertambah.Pengelola Museum Anita Cahyani mengatakan koleksi milik Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja berjumlah 1.302 jenis koleksi. Ada 10 jenis koleksi yang sudah dimiliki, antara lain arkeologi, biologika, historika, geologika, etnografika, seni rupa, teknologika, keramologika, numismatika, dan heraldika.
Dalam kesempatan yang sama digelar juga Pementasan Wayang Suket digelar di pelataran Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja Purbalingga. Selama kurang lebih 40 menit, dalang muda asal Kecamatan Rembang, Purbalingga, Ki Lalang Jazmul Qolbi (18), tampil memukau, membawakan lakon “Pandawa Sumunar”.
Pentas itu disaksikan ratusan penonTon, termasuk sekitar 60 guru Bahasa Jawa SMP yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Jawa SMP Kabupaten Purbalingga. Kedatangan guru-guru ini yang dipimpin Ketua MGMP Arif Restiyadi S,.Pd dan Bina Damping MGMP Bahasa Jawa Drs. Haryono, untuk mengapresiasi pentas wayang suket
Dalam pergelaran tersebut, Ki Lalang—yang dikenal sebagai dalang wayang kulit namun juga fasih memainkan wayang suket—memperlihatkan kepiawaiannya menghidupkan tokoh-tokoh wayang yang terbuat dari suket atau rumput khusus itu.
Kisah Pandawa Sumunar menggambarkan Negara Ngamarta di bawah kepemimpinan Puntadewa, yang kemudian mendapat nasihat dari Semar agar negara lebih tertata, tidak ada korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), dan mengutamakan kesejahteraan rakyat.“Nasihat Semar ini tetap relevan untuk pemimpin masa kini,” ujar Ki Lalang.